Sunday 26 April 2015

SENIMAN GRESIK: AMANG GENGGONG

Tulisan kali ini akan mengulas tentang seni. Setelah tulisan tentang seni yang lalu ada di Magelang, kali ini akan tamasya ke kota tetangga, Gresik. Tetangga jauh sih, Jawa Timur... hehe...

Seni itu sangat fleksibel, ada tradisional dan modern. Esensi dari seni itu apresiasi karya dan juga penghargaan intelektual otak kanan manusia. Fungsi otak kanan lebih ke arah perkembangan (EQ). Contohnya dapat dilihat dari cara orang tersebut bersosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis, dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya. Orang yang terlihat otak kanannya cenderung lebih produktif adalah orang-orang yang bergelut di bidang seni.

Salah satu seniman Gresik yang terlupakan adalah Amang Genggong. Tak banyak orang mengenal sosok Amang Genggong. Dialah seniman yang cukup disegani, logat medok ng-Gresik, setiap malam suka keluyuran dengan sepeda onthel keliling kota Gresik. Seniman ini merupakan seniman musik, dengan alat musik yang kurang populer di Indonesia: Harmonika. Tak seperti umumnya orang memainkan alat musik harmonika, Cak Amang membunyikan harmonika tanpa memegang harmonikanya, dengan menghasilkan tiga suara sekaligus, bahkan bisa memeragakan gerakan pencak silat. Sebagai seniman maestro yang sangat unik, Amang Genggong merupakan salah satu pusaka Gresik di bidang seni musik.

Amang Genggong
Dengan nama asli Abdurrachman Chadry (74), beliau merupakan seorang guru les bahas Inggris. Pendidikan formalnya hanya sampai SMEA, itupun tidak tamat, namun semangatnya untuk menimba ilmu begitu menggebu. Karenanya pada tahun 1958 –1959 dia belajar bahasa Inggris dengan bimbingan Buth Peters, ekspatriat asal Amerika Serikat. Dengan modal kemampuan tersebut dia memberanikan diri mengajar private. Dengan menggunakan sepeda dia menghabiskan hari-hari panjangnya untuk mengunjungi rumah demi rumah siswanya di kampung seputar Gresik. Sangat rendah hati mengingat beliau seorang maestro Harmonika kelas dunia.

Prestasi sangat membanggakan di bidang seni musik harmonika dimulai saat dua kali meraih nilai teratas dalam lomba harmonika yang diselenggarakan Radio Suzana Surabaya pada tahun 1987 dan 1997. Atas kemahirannya tersebut, Abdurrachman Chadry akrab disapa dengan nama panggung Amang Genggong. Ketrampilan spesial ketika memainkan alat musik harmonika, Amang Genggong bisa membunyikan tiha suara sekaligus, yakni melodi, rithem dan bass saat menyajikan lagu andalan ketika pentas yaitu: Ampar Ampar Pisangg, Rujak Ulek, Mother Ho Are You To Day dan lain-lain.
Ketrampilan khusus tersebut tidak bisa dilakukan secara instant. Amang Genggong membutuhkan waktu belajar selama lima tahun. Untuk belajar suara satu guna menyajikan lagu-lagu membutuhkan waktu setahun. Sedangkan rithem dan bas masing-masing ditempuh dua tahun. Tidak mudah memainkan alat harmonika karena setiap harmonika memiliki karakter yang berbeda. Alasan Amang Genggong memilih harmonika daripada alat musik yang lain adalah karena mudah membawanya dan juga harganya lebih murah dibandingkan alat musik yang lain. Harmonika yang sering dia bawa untuk pentas di Gresik adalah Suzuki Manji. Dia mempunyai impian memiliki harmonika bermerek Hohner dengan tipe 24 lubang.
Ketrampilan bermain harmonica dipelajari secara otodidak sejak Januari 1954, setahun kemudian dia memimpin orkes kanak-kanak ‘Seruni’ hingga tahun 1959. Menginjak dewasa dia bergabung dengan orkes gambus peniup harmonika dan vokalis yang mendendangkan lagu Melayu, India, Arab serta Indonesia. Bersama harmonika kesayangannya dia pernah mempopulerkan nama Gresik di hadapan masyarakat musik di Jakarta dengan tampil di Warung Apresiasi dan Taman Ismail Marzuki dengan menyajikan tembang-tembang surau sebagai cermin khas budaya Gresik.
Tidak hanya domestik, seorang Amang Genggong sudah bertaraf Internasional. Dalam situs GUINNESS WORLD RECORD CHALLENGERS (klik) , Amang Genggong dinobatkan sebagai "The Most Unique Harmonica Player" (pemain harmonika paling unik dari Indonesia). Selain itu, Amang Genggong juga pernah bermain bersama seniman harmonika bertaraf internasional, maestro asal Hongkong: Mr Chow

Angkat topi buat Abdurrachman Chadry a.k.a Amang Genggong. Apresiasi tertinggi buat seniman maestro harmonika yang selalu rendah hati dengan kedaerahannya. Seniman adalah Heritage yang tak akan lekang dimakan jaman, namun terus dikenang. Tidak akan hancur seperti heritage berbentuk bangunan fisik, namun akan terus kuat karena kearifan perasaan manusia secara personal dan bersosial.

Karya Amang Genggong
Beberapa kali Amang Genggong pentas di acara formal dan non formal. Kemudian ia mengabadikan ke dalam sebuah video. Kumpulan video ini diabadikan ke dalam sebuah DVD. Apresiasi bukan sematan pada skill individu Amang Genggong, namun eksitensi seniman lokal yang mampu mengharumkan nama Indonesia dan dunia

HARMONIKA
Harmonika adalah salah satu alat musik tiup. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan meniup dan menghisap lubang untuk menghasilkan suara. Harmonika berasal dari alat musik tradisional Cina yang bernama 'Sheng'. Alat musik tradisional tersebut telah digunakan sekitar 5000 tahun yang lalu, tepatnya sejak kekaisaran Nyu-kwa.

Harmonika modern ditemukan pada tahun 1821 oleh Christian Friedrich Buschmann di Jerman. Sebuah instrumen musik tiup sederhana yang terdiri dari plat-plat getar dari logam yang disusun secara horizontal dengan model yang sederhana dan hanya menyediakan nada tiup kromatis.

Model awal dari Buschmann akhirnya banyak ditiru dan disempurnakan menjadi lebih baik. Salah satu contohnya adalah harmonika buatan Richter yang merupakan desain awal dari sebuah harmonika modern. Pada tahun 1826 ia mengembangkan variasi harmonika dengan 10 lubang tetap dan 20 pelat getar dengan pemisahan fungsi pelat yang ditiup dan yang dihisap. Pada akhirnya, nada yang dibuat oleh Richter disebut sebagai nada diatonis dan merupakan nada standard harmonika.

Bisnis instrumen Harmonika dimulai pada tahun 1857 saat pengrajin jam Jerman bernama Matthias Hohner memutuskan untuk menjadi produsen harmonika. Dengan bantuan dari keluarganya, ia dapat memproduksi 650 harmonika tahun itu. Hohner memperkenalkan harmonika ke Amerika Utara pada 1862 sebuah langkah yang membawa pabrikan Hohner menjadi produsen nomor satu untuk harmonika. Pada 1887 Hohner telah memproduksi lebih dari 1 juta harmonika per tahunnya. Sekarang, Hohner telah memproduksi lebih dari 90 model harmonika yang berbeda jenis, nada, dan model. Yang memungkinkan untuk memainkan berbagai macam gaya musik mulai dari pop, blues, rock, country, ska dan bermacam-macam lainnya.



Aksi Amang Genggong:
1

2

3

4

5

6

7

8

Saturday 25 April 2015

GRESIK ASYIK

Selamat pagi Gresik... Pagi yang cerah di Gresik...

Tamasya kali ini saya tidak sendirian, namun dengan kawan-kawan Temu Pusaka 2012 yang sedang diadakan di Surabaya sebagai tuan rumah. Ya, memang sudah lama, namun tak jadi soal karena tamasya tak hanya dikenang namun dirasakan kedekatan antara subyek dan obyek. Hhhmmm, Temu Pusaka kali ini dihadiri oleh puluhan komunitas yang ada di Indonesia, salah satunya dari KOTA TOEA MAGELANG dimana saya mewakilinya bersama mas Bagus Priyana.

Sekitar pukul 08.30 saya tiba di Rumah Dinas Bupati Gresik. Kami beserta rombongan disambut oleh Bupati Gresik dan tokoh Masyarakat Gresik beserta komunitas yang berkaitan dengan pelestarian Cagar Budaya Gresik. Seremonial standar khas Indonesia dilakukan: daftar ulang, upacara pembukaan, ramah tamah dengan pejabat setempat, penutupan, lalu ini yang ditunggu-tunggu... bertamasya jalan-jalan kampung Gresik... Asyik !!!

Karakter cuaca Gresik lebih cenderung panas, karena memang dataran rendah. Cuaca yang panas tak menghalangi kami melanjutkan kegiatan kali ini. Destinasi pertama kami adalah mengunjungi gedung DPRD Kabupaten Gresik. Ini kali pertama saya memasuki ruangan kerja anggota DPRD, wakil rakyat. Sungguh nyaman, menggunakan bekas bangunan khas Kolonial yang cenderung mencolok dari bangunan lainnya. Seperti biasa, banunan Kolonial memiliki karakteristik sejuk, karena bentuk yang tinggi dan besar. Terdapat beberapa ornamen yang dipajang menyesuaikan dengan karakter bangunan.
Kawasan Gresik ini tergolong kawasan cagar budaya. Kentalnya suasana sosial masyarakat dan suasana asrinya bangunan lawas membuat takjub ketika kami mengamati detailnya kawasan lingkar Gresik. Tak banyak kawasan seperti ini, dikala kawasan kolonial Belanda, Arab dan Tionghoa terdapat dalam satu kawasan yang strategis. Kesan pertama yang saya tangkap adalah begitu kuat rasa toleransi antar masyarakat. Sepanjang perjalanan begitu banyak ditemui ketika menengok kiri dan kanan selalu merasakan seperti di "dunia masa lalu".

Dengan diiringi oleh komunitas tuan rumah: "Gresik Heritage Trails", pertama kami memasuki daerah kawasan H.O.S Cokroaminoto. Di sana kami disambut meriah oleh warga sekitar. Masyarakat sekitar menjajakan hasil makanan yang sangat khas dari daerah tersebut dalam konteks "Pasar Djajan Mbiyen", dan ada pula "Pasar Cinderamata". Oh iya, daerah ini memiliki rumah yang sangat terkenal, biasanya warga sekitar menyebutya dengan rumah gajah. Rumah gajah disebutkan karena memiliki patung gajah yang besar di depan rumah. Rumah ini sangat terkenal karena mudah dijumpai. Dengan bentuk yang besar dan memiliki kamar dengan jumlah yang banyak (sepertinya lebih dari 10). Rumah turun temurun ini masih dalam kondisi yang sangat baik, tanpa ada perubahan yang signifikan. Ketika itu, rumah ini terkenal dengan rumah saudagar kaya. Gedung Gajah mungkur berletak di jalan Nyai Ageng Arem arem. Rumah ini dulunya merupakan salah satu istana dari keturunan bapak H Umar Kemasan. Posisi gajah yang sekarang sudah dipindahkan dari posisi semula.
Rumah Gajah
Source: KITLV (klik)
Selain kampung Arab, tak jauh dari situ ada pula kampung "Kemasan". Di sinilah banyak terdapat bangunan heritage Tionghoa. Mengapa daerah inidisebut kampung Kemasan, karena pada masa lalu daerah tersebut banyak pengrajin emas. Saking banyaknya, sehingga disebut "Kemasan". Mungkin di daerah lain ada nama wilayah dengan sebutan Kemasan, apabila digali sebuah cerita memiliki alasan yang sama. Pengalaman yang sangat mengesankan berkunjung ke Gresik.

Satu kata buat Gresik: Asyik ... !!!

GRESIK
Menurut catatan dari Tiongkok, Gresik didirikan di abad ke-14 oleh seorang Tionghoa. Sejak abad ke-11, Gresik menjadi pusat perdagangan dan kota bandar yang dikunjungi oleh banyak bangsa seperti, Cina, Arab, Champa, dan Gujarat. Gresik juga sebagai pintu masuk Islam pertama di Jawa, yang antara lain ditandai dengan adanya makam-makam Islam kuno dari Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Fatimah binti Maimun. Gresik sudah menjadi salah satu pelabuhan utama dan kota dagang yang cukup penting sejak abad ke-14, serta menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Maluku menuju Sumatera dan daratan Asia (termasuk India dan Persia). Hal ini berlanjut hingga era VOC.

Tahun 1411 penguasa Gresik, seorang kelahiran Guangzhou, mengirim utusan ke kaisar Tiongkok. Di abad ke-15, Gresik menjadi pelabuhan dagang internasional yang besar. Dalam Suma Oriental-nya, Tomé Pires menyebutnya sebagai "permata pulau Jawa di antara pelabuhan dagang".

Pada era VOC, Afdeeling Gresik terdiri dari Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Sedayu. Kota Gresik sendiri berada pada jalur utama jalan pos Daendels. Perkembangan Surabaya yang cukup pesat memaksa dihapuskannya Kabupaten Gresik dan bergabung dengan Kabupaten Surabaya pada tahun 1934.

Pada awal Kemerdekaan Indonesia, Gresik hanyalah sebuah kawedanan di bawah Kabupaten Surabaya. Didirikannya Pabrik Semen Gresik pada tahun 1953 merupakan titik awal industrialisasi di Gresik. Pada tahun 1974, status Kabupaten Surabaya dihapus dan sebagai penggantinya adalah Kabupaten Gresik, dengan bupati pertama H. Soeflan. Kawasan permukiman pun semakin melebar, dan bahkan pusat pemerintahan dipindahkan ke Kawasan Bunder.


Kuliner Gresik
Oh iya, ada satu hal yang menarik dari Gresik, yaitu tentang kuliner. Salah satunya adalah Nasi Krawu. Nasi krawu merupakan makanan khas dari daerah Gresik. Nasi Krawu berisi nasi putih pulen dan disajikan dengan daun pisang. Lauknya dapat berupa sayatan daging sapi, semur daging, jeroan sapi, sambal terasi dan serundeng. Sangat autentik cita rasa Indonesia yang penuh rempah.