Sunday 22 September 2013

MUSEUM itu: Tak Seharusnya Membosankan

Museum Diponegoro
Ketika membahas perihal museum, kadang yang ada di pikiran adalah: membosankan, mengerikan (sering diekspos menjadi tempat uji keberanian - horor), tidak menarik, pola masa lalu, kuno, dan enggak gaul. Pemikiran ini mungkin mewakili orang-orang awam yang sebenarnya tidak mau tahu soal museum dan tidak menghargai sejarah. Acap kali segelintir orang di suatu daerah tidak mengetahui bahwa di daerah sekitar ada museum. Bahkan yang lebih mencengangkan anak muda jaman sekarang banyak yang acuh dan cuek terhadap keberadaan museum. Ini yang menyebabkan museum dianggap "tidak menyenangkan" karena generasi penerus saja tidak peduli. Ada pula yang tidak tahu cara berkunjung ke museum karena akses masuk yang tidak terbuka. Ya, menurut riset berbagai sumber, ternyata museum merupakan destinasi tempat wisata keluarga yang terbawah.

Dewasa ini yang perlu dibenahi museum dari segi aspek sosial adalah mengubah pola pikir masyarakat yang harus dihapuskan. Pembenahan pola pikir ini melingkup: museum bukanlah tempat untuk menyimpan barang kuno yang tak terpakai dan membosankan. 

Namun sebaliknya, museum seharusnya memberikan pola pikir bahwa museum merupakan kisah perjalanan sejarah yang panjang. Mencakup pesan penting dari masa lampau untuk masa depan. Museum harus dapat mempresentasikan pikiran, ide kreatif, bahkan mempresentasikan cita-cita dan karya yang fenomenal, misalnya saja tentang: kejayaan dan kegemilangan suatu bangsa. Tidak hanya itu saja, sesuai dengan sejarahnya museum harus mampu menyuguhkan pedihnya atas keterpurukan bangsa. Semua ini bertujuan tudak untuk diratapi, namun sebagai tolok ukur untuk masa depan yang lebih baik.

Tak sepenuhnya kesalahan diberlakukan kepada masyarakat yang apatis terhadap museum. Namun kita kembali harus menilik semua aspek persoalan yang mengakibatkan museum tidak diminati. Kurangnya dana dan SDM yang mumpuni dalam pengelolaan museum juga berpengaruh besar dalam kemajuan museum itu sendiri. Sebagai lembaga non profit, museum memiliki visi dan misi yang sangat mulia yaitu membagi ilmu pengetahuan dan mencerdaskan masyarakat. Kreativitas perlu dikembangkan museum, misalnya saja melalui aktivitas pengumpulan dana, perawatan, penataan dan pameran. Sehingga museum dapat menjadi destinasi tamasya yang menyenangkan.

SEJARAH MUSEUM
Museum berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata: mouseion. Mouseion merujuk pada nama kuil utuk sembilan dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian.
Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filosofi dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM.

Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan. Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang, Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia.

Museum Tertua di Indonesia: RADYA PUSTAKA
Museum Radya Pustaka
Source: http://surakarta.go.id/sites/default/files/field/image/PICT0064.JPG
Saya menuliskan satu museum tertua di Indonesia, yaitu museum Radya Pustaka yang berletak di Surakarta, Jawa Tengah. Museum ini didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IX oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV di dalem Kepatihan pada tanggal 28 Oktober 1890. Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pernah menjabat sebagai Patih Pakubuwono IX dan Pakubuwono IX. Museum ini lalu dipindahkan ke lokasinya sekarang ini, Gedung Museum Radyapustaka di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta, pada 1 Januari 1913. Kala itu gedung museum merupakan rumah kediaman seorang warga Belanda bernama Johannes Busselaar.

Museum Radya Pustaka memiliki koleksi yang terdiri dari berbagai macam arca (kebanyakan yang ada di daerah Jawa Tengah), pusaka adat, wayang kulit dan buku-buku kuno. Koleksi buku kuna yang banyak dicari itu di antaranya mengenai Wulang Reh karangan Pakubuwono IV yang isinya antara lain mengenai petunjuk pemerintahan danSerat Rama karangan Pujangga Keraton Surakarta bernama Yasadipura I yang menceritakan tentang Wiracarita Ramayana.

MUSEUM itu: Tak Seharusnya Membosankan
Tajuk diatas sengaja saya sematkan karena belajar sejarah melalui museum itu tidak seharusnya membosankan, namun harus menyenangkan. Karena ketika menyengkan, maka kita akan terbawa suasanya yang lebih ingin tahu tentang sejarah itu sendiri. Contoh saja dengan mengadakan metode baru dalam pembelajaran sejarah: jelajah sejarah atau pun jalan-jalan bertemakan sejarah. Metode ini bersifat fresh dan tidak membosankan. Pelaku akan dimanjakan dengan suasana baru selain teks buku, namun masih ada dasar faedah dari sejarah.
Komunitas
KOTA TOEA MAGELANG
Sayang sekali metode menyenangkan tersebut semetara belum bisa dipenuhi oleh banyak permuseuman resmi negara di Indonesia. Namun solusi metode tersebut sudah banyak dilakukan oleh banyak komunitas yang bergerak di bidang heritage (tangible dan intangible) seni, budaya dan bangunan bersejarah di Indonesia. Misalnya saja dari komunitas yang ada di jawa Tengah, yang aktif melakukan setiap sebulan sekali adalah komunitas KOTA TOEA MAGELANG (klik tautan Twitter), Blusukan Solo , Lopen Semarang dan masih banyak lagi. #NB: Saya batasi 3 komunitas.
Komunitas Blusukan Solo
Beberapa komunitas tersebut mempunyai misi yang sama, yaitu menjaga, melestarikan heritage serta mengedukasi masyarakat dengan basis belajar bersama. Walaupun terkadang anggota komunitas kebanyakan tidak ada basic sejarah. Dengan misi tersebut diharapkan masyarakat bisa peduli perjalanan masa lalu, masa kini dan untuk masa depan. Oleh sebab itu, edukasi sejarah dengan metode tersebut sering kali dilakukan dan diselenggarakan agar banyak yang menggemari sejarah. Kemasan nuansa hiburan lebih dominan, namun tidak meninggalkan sisi sejarahnya.
Komunitas Lopen Semarang
Tak terduga antusiasme masyarakat sangat tinggi. Ini terbukti dengan banyaknya member komunitas dari berbagai latar pendidikian dan profesi, dan tidak hanya orang tua yang ingin nostalgia saja, namun sekarang mayoritas anak muda yang lebih menggalakkan pelestarian Heritage (tangible dan intangible).








MANFAAT AKTIVITAS KOMUNITAS PECINTA HERITAGE
Inovasi komunitas pecinta heritage harus bersifat kreatif, agar masyarakat menuai manfaat. Tidak hanya ilmu saja yang bersifat intangible, maka setiap komunitas bertajuk sejarah seyogyanya memberikan inovasi lebih agar lebih digemari masyarakat. Contohnya saja:

1. i-See a.k.a Pagelaran
Diadakan pagelaran secara rutin. Memang intensitas dari pagelaran bersifat seni ini tidak akan tinggi dan tidak mudah pula pengemasannya. Namun apabila secara stimultan bertahap dan diagendakan, maka ini menjadikan suasana yang lain di dalam komunitas.
Pagelaran Wayang Onthel
VOC Magelang
2. Penyaluran Hobi
Tempat museum, atau tempat bersejarah lainnya dapat dipadukan dengan hobi. Misal saja tempat tersebut dijadikan estimasi berkumpulnya penghobi fotografi, hobi olahraga, dan hobi yang lain. Secara tidak langsung pertanyaan berkisar tempat tersebut akan ditanyakan. Atau dengan lomba foto heritage, secara langsung juga akan menjaga heritage. Orang akan mencari tahu tentang info heritage yang terkait. Secara langsung info bersifat edukasi akan tersampaikan.
Foto Jadul Refleksi Seni Fotografi
3. i-Shop a.k.a Belanja
Saya kira setiap daerah memiliki destinasi belanja yang bersifat heritage yang identik dan menarik, contoh kecil: batik, buku, mug, kartu pos, wayang kulit, dll.

4. Belajar Kreatif
Selain memamerkan koleksi-koleksi foto ataupun koleksi benda-benda bersejarah yang lainnya, dalam mempresentasikan histori hendaknya museum / komunitas pecinta heritage harus kreatif. Misalnya saja dekorasi, tambahan fasilitas, kuantitas guide, ataupun workshop di bidang tertentu. Mungkin masih banyak lagi hal yang bisa dikemas secara kreatif yang lain. Ini penting sekali karena pola pikir masyarakat akan menganggap "museum itu asyik" ketika kemasan sejarah itu menarik.
Pentingnya Kreatifitas Untuk Mengubah Mindset Masyarakat Bahwa Museum Itu Asyik
Retropeksi Kuno-Kini (Semarang), yang menggunakan bangunan kuno untuk instalasi dan edukasi
Museum Goes To Campus
Kreatifitas Semacam ini juga efektif mengenalkan museum ke anak muda
5. i-Eat dan i-Drink a.k.a Tempat Jajan
Jajan yang "identik" dengan heritage pasti ada di setiap daerah. Apalagi jajanan tradisional yang sangat digemari wisatawan asing yang mendatangi suatu daerah. Tidak ada salahnya kita mencari tahu sejarah dan filosofi makanan - minuman jadul di daerah kita.

6. Cleaning And Fun a.k.a Bersih-bersih Heritage Secara Menyenangkan
Selain mempelajari ilmu sejarahnya, selaku komunitas harus bisa menjaga benda bersejarah ataupun kawasan bersejarah dari kotor dan sampah. Karena tidak bisa mengadalkan pihak pemerintah saja yang kadang tidak segera melakukan pembersihan.... hehe.... :D
Komunitas KOTA TOEA MAGELANG
Aksi bersih-bersih Boog Plengkoeng 1898
7. i-Surprise a.k.a Hal yang Mengagumkan
Museum itu tidak dibatasi tempat yang menyimpan benda bersejarah saja. Namun museum alam juga bisa diadakan. Mengagumkan ini bukan diartikan secara harafiah saja, namun kagum dalam hal "sampai tidak bisa berkata-kata" karena sangat kagum. Misalnya saja: di satu titik Boog Boton Magelang, kita dapat melihat 5 gunung + satu Bukit. Magelang adalah kota yang dikelilingi 5 Gunung dan 1 bukit. Nah seperti itu lah kagum yang menggambarka kondisi "wow". Di setiap tempat pasti memiliki i-Surprise yang musti digali. Kita bersama komunitas pecinta heritage sangat memungkinkan dalam menggali hal ini.

Saran Pribadi Pasal Museum:

Papan Informasi Di Museum Majapahit Trowulan
1. Sedikit pengalaman dari kegiatan Temu Pusaka 18 Oktober 2012 yang lalu. Berikut adalah gambar dari bagian museum Majapahit. Ada hal positif yang dapat diambil dari gambar ini adalah ketika museum Majapahit menampilkan foto-foto pengunjung yang pernah mengunjungi museum tersebut. Menurut saya pribadi: Secara tidak langsung akan mempengaruhi, memacu museum yang lain untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menarik pengunjung.

Uji Nyali Di Museum Majapahit Trowulan
(program acara media elektronik yang tidak memberi info ilmu pengetahuan)


2. Media harus menghentikan eksploitasi cerita mistis soal museum dan sejarah. Media harus memberitakan perihal ilmu pengetahuan daripada mengupas sisi mistis museum dan tempat bersejarah.







PENTING ... !!!
Di Era yang teknologi serba canggih ini, seyogyanya kita bersama dapat menggiatkan ilmu pengetahuan sejarah dengan mudah (belajar dari sejarah). Dan dengan teknologi yang ada, promo misi kita sekarang adalah: masyarakat yang sadar sejarah, sejarah yang bisa diminati, menarik dan mudah dimengerti. 
Kemasan Edutainment harus lebih digencarkan, karena sudah terbukti ampuh untuk menarik partisipasi anak muda.

No comments:

Post a Comment