Thursday 5 September 2013

CANDI SELOGRIYO: Kekhusyukan Religi dan Epic Panorama

8 Juli 2013

Pukul 15.00 terik masih menyengat kulit di Magelang. Perjalanan selama kurang lebih 15 Km dari pusat kota menuju Windusari. Ekspektasi tamasya #90'an kali ini adalah Candi Selogriyo. Candi Selogriyo ini berletak di Dusun Campurrejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Jujur saja, saya orang asli Magelang yang belum pernah menuju Candi Selogriyo sebelumnya. Padahal letak Candi Selogriyo ada di Magelang juga.... hehe....
Benda Cagar Budaya Candi Selogriyo
Berbekal info dari teman dan sumber internet (sebut: Google), sesekali saya bertanya kepada penduduk sekitar tentang keberadaan Candi Selogriyo tersebut. Keramahtamahan penduduk menyebutkan rute yang harus ditempuh.

 tanya aku: "taksih tebih bu Candi Selogriyo??" (masih jauh bu Candi Selogriyo??)
jawab penduduk: "caket kok, taksih 2 Km maleh" (sudah dekat, masih 2 Km lagi)
(di benakku adalah 2 Km ala penduduk setempat itu masih jauh.... hehe....)

Dan ternyata benar dugaanku :D
Rute penduduk yang jitu itu menghantarkan ke suatu rambu petunjuk ke Candi Selogriyo. Secara tidak sengaja saya melihat prasasti di rambu tersebut. Memang tidak memperlihatkan prasasti monumental yang heroik. Setelah saya mendekat dan mencermati isi prasasti tersebut, saya sangat tercengang. Ternyata begitu heroiknya dasar prasasti itu dibangun. Emosi jiwa warga Desa Kembang Kuning terhentak atas jasa pendahulu yang telah gugur di medan Perang Dunia II. 
Penunjuk Arah dan Prasasti
Mereka yang telah gugur adalah
Prasasti
  • M. Butuk
  • M. Darto
Dimana kejadiannya adalah Markas KI BN V Resimen 19 diserang oleh tentara Belanda 5 Desember 1949 di dusun Jlupo Jurang, desa Kembang Kuning. Monumen ini diresmikan oleh Kepala desa Chozim pada 1 Januari 2012. Semoga dengan adanya monumen ini, kita tidak melupakan sejarah, namun harus menghargai sejarah yang ada.

Rute berlanjut menuju Candi Selogriyo. Jalanan selebar kurang lebih 3,5 meter terus menanjak melewati rumah penduduk setempat. Anak-anak kecil seperti menyambut girang adanya pengunjung di sela-sela permainan lokal mereka. Kemudian check point pertama adalah pembelian tiket. Tiket cukup murah, hanya Rp 1.000,- per orang.
Tempat Pembelian Tiket
 Sangat bersemangat ketika yang di benak adalah sudah dekat dengan obyek Candi Selogriyo. Namun sesekali petugas memberi pesan bahwa harus hati-hati dalam berkendara motor, karena akses jalan hanya bisa dilalui satu motor saja, dan akses jalan sedang ada perbaikan.
Jalan Terjal dan Berbatu

Ya ternyata benar, medan cukup menyulitkan pengendara sepeda motor. Apalagi berboncengan akan terasa sedikit berat di medan yang menanjak dan berbatu. Membutuhkan konsentrasi yang fokus dalam berkendara dan usahakan jangan kehilangan cairan, karena akan menurunkan konsentrasi dalam berkendara (ini bukan iklan air mineral lho.... hehe....)
Dusun Campurrejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang
Karena medan yang sulit dan menguras tenaga, sesekali berhenti untuk istirahat dan menghela nafas. Keelokan panorama di sekitar Dusun Campurrejo, Desa Kembangkuning ini bak baterai tenaga. Salah satu Ciptaan Yang Maha Kuasa terhampar indah. Tiga bukit besar: bukit Condong, bukit Giyanti, dan bukit Malang seperti memberikan energi yang luar biasa kepada pengunjung. Udara sejuk tanpa ada bising suara kendaraan seperti di kota membuat sanubari rindu suasana tersebut.

Pavingisasi

Setelah separuh perjalanan, ternyata akses jalan sedang diperbaiki. Paving-isasi sedang dilakukan. Ya, kita patut membarikan apresiasi karena akses jalan dipermudah, karena sebelumnya hanya jalanan berbatu. Namun itu tak menyurutkan semangat untuk mencapai finish, Candi Selogriyo.





Gapura
Rasa lelah selama perjalanan terbayar sudah. Sambutan gapura bercorak baru dan suara gemercik air seperi memberi kesan ucapan selamat datang. Tangga berundak menuju candi sudah menunggu. 

Loket Yang Semestinya
Rupanya tiketing awal ada di daerah kawasan candi. Namun entah mengapa dipindah di lokasi bawah dekat dusun setempat. Mungkin juga karena letaknya yang cukup jauh, maka tiketing diberlakukan di lokasi bawah, namun tak jadi soal.
Sesampai di puncak, saya mengisi buku tamu atas nama KOTA TOEA MAGELANG. Sangat mencengangkan ketika membaca daftar buku tamu, kebanyakan adalah wisatawan manca negara. Dan kebetulan sesaat setelah sampai puncak Candi Selogriyo, saya bertemu dengan wisatawan mancanegara asal Jerman. Sangat miris ketika orang dari mancanegara lebih peduli dengan Indonesia daripada warga negaranya sendiri.

CANDI SELOGRIYO
Panorama Candi Selogriyo
Sejarah Candi Selogriyo sangat minim. Namun masyarakat memberikan nama Selogriyo karena Selogriyo itu memiliki arti rumah dari batu. Secara turun temurun masyarakat setempat, Candi Selogriyo ini dipercaya dibangun oleh prajurit dari Kediri yang melarikan sampai Windusari. Candi Selogriyo dipercaya warga dipakai  sebagai tempat pemujaan dan tempat untuk bersemedi (doa).
Candi Selogriyo Menghadap Ke Timur
(gambar ini bagian barat)
Candi Selogriyo berlatar belakang agama Hindu dan menghadap ke arah timur. Candi diperkirakan dibangun pada abad ke-9 Masehi. Namun candi ini tidak memiliki candi perwara (perwara: sub candi yang menjadi pendamping candi utama). Candi Selogriyo memiliki bangunannya berbentuk palang dengan ukuran 5,2 x 5,2 meter dan tinggi 4,9 meter dan terdapat arca, dan situs-situs lain seperti penggilingan biji, tempat rempah-rempah dan lingga-yoni. Diperkirakan di Candi Selogriyo ini dahulu ada lingga dan yoni sebagai bentuk lain dari Syiwa Mahadewa.
Situs-situs Peninggalan Di Candi Selogriyo
Arsitektur Indonesia Klasik berlatar belakang agama Hindu ini menghadap ke arah timur. Di empat sisi dinding bangunan candi terdapat lima relung tempat arca-arca perwujudan dewa. 
Arca-arca tersebut adalah: 
Arca Candi Selogriyo
  • Durga Mahesasura (dinding utara) yang berdiri di atas lembu dan membawa anak laki- laki di sebelah kirinya
  • Ganesha (dinding barat) duduk dan tanpa kepala, 
  • Agastya (dinding selatan) berdiri dengan tangan yang di letakan di belakang badan
  • Nandiswara, dan Mahakala (dinding timur) yang berdiri dengan tangan kiri didepan dengan memgang busan, dan tangan kiri di belakang badan . 
Salah satu keistimewaan candi tanpa perwara ini adalah kemuncaknya yang berbentuk buah keben. Kemuncak tersebut disebut amalaka.

  STOP VANDALISME ... !!!
Hasil Vandalis
Sangat disayangkan, di setiap Bangunan Cagar Budaya selalu saja ada vandalisme. Tidak hanya bentuk tulisan saja, bahkan di Candi Selogriyo ini ada vandalisme dalam bentuk pahatan. Semoga tulisan ini memberikan pengetahuan akan pentingnya peninggalan bersejarah. Dengan menghormati sejarah, maka kita menghormati dan memuliakan diri sendiri. Mari jaga peninggalan bersejarah bersama-sama. Oh iya satu lagi, Candi itu bukan tempat untuk pacaran.... hehe.... :D

Dilarang Pacaran di Candi Ini

No comments:

Post a Comment