Thursday, 10 October 2013

JEJAK MONUMEN GERBONG IJO: eks Stasiun Kotta Magelang

Museum Kereta Api Ambarawa, 10 September 2012

Sebenarnya kejadian ini sudah lama, namun ini bagian dari sejarah Magelang yang saya tau.

Gerbong Ijo Sebelum Direstorasi
Bukan dengan kamera DSLR yang menawan, melainkan hanya berbekal hape SE K618i, bersama Anglir Kanaka saya mengabadikan petualangan kecil ini. Kemudian saya beri judul: "JEJAK MONUMEN GERBONG IJO eks Stasiun Kotta Magelang". Petualangan kecil ini saya lakukan karena hanya ingin melihat bagaimana keadaan gerbong yang sempat berada di Stasiun Kotta Magelang (di Kebonpolo). Dan sekaligus melihat kembali bagaimana kejayaan perkereta apian Magelang - Ambarawa saat itu. Walaupun saya pribadi tidak mengalaminya secara langsung (dulu), namun kemegahan melihat bangunan Stasiun Ambarawa yang masih megah, melihat kereta lori untuk wisata, melihat pameran lokomotif dan garasi untuk lokomotif tua buatan Jerman yang masih berfungsi untuk pariwisata itu sangat istimewa.

Museum Ambarawa
Dengan gambaran tersebut sembari memejamkan mata, bagaikan memutar waktu kembali ke jaman kolonial dimana terdapat dramatisnya romansa riang gembira tawa sinyo dan noni Belanda dengan pakaian khas: dress panjang berwarna putih, topi, sarung tangan dan membawa payung sedang menunggu kereta. Keheningan terpecah ketika kereta uap datang dengan membunyikan "klaksonnya". Tidak ada yang namanya rebutan penumpang, bahkan naik di atap gerbong. Petugas mulai mengangkat sinyal hijau, dimana kereta diijinkan berangkat. Kereta perlahan maju. Terkadang orang pribumi dan anak-anak melambaikan tangan kepada sang sinyo dan noni sembari mengejar kereta itu berharap diajak menuju Magelang.

Itulah gambaran yang sempat terlintas melihat kekaguman saya terhadap bangunan tua berupa Stasiun Ambarawa. Petualangan liburan ke museum ini tak akan terlupakan.

Monumen Gerbong Ijo
Source: http://kotatoeamagelang.wordpress.com/
Sejarah Kota Magelang kemudian berkembang oleh terbengkelainya selama bertahun-tahun, hanya dihuni gelandangan, tak terawat, dan hanya dikencingi oleh oknum masyarakat yang tidak peduli dengan gerbong tersebut. Setelah cukup lama menjadi warga Kota Magelang akhirnya Rabu 9 November 2011 jam 22.25 gerbong CR harus meninggalkan Kota Magelang untuk bergabung dengan "saudaranya" yang lain di Stasiun Ambarawa. Ya, ibaratnya biarkan gerbong ini bergembira berkumpul dg saudara-saudara kandungnya di museum Kereta Api Ambarawa. Jangan biarkan dia merana sendiri di bekas rumahnya (Kebonpolo). 
Proses Pemindahan Gerbong
Source: Foto Ayah

STASIUN KOTTA MAGELANG
Stasiun Kotta Magelang dan Monumen Gerbong Ijo
Source: Foto Ayah
Stasiun Magelang Kota merupakan stasiun utama pada waktu itu. Jalur rel KA antara Stasiun Magelang Pasar dan Stasiun Magelang Kota berjajar dan berdampingan dengan Grooteweg Noord/Djalan Raja Pontjol/Jl. A Yani sekarang sampai ke Grooteweg Zuid/Chinnese Kamperment Straat/Jl. Pemuda sekarang. Jalur sepanjang kurang lebih 2 km tersebut melewati pusat kota yaitu Aloon-aloon dan kawasan Pecinan. Karena itu di timur Aloon-aloon didirikanlah stopplaats, yaitu semacam halte tempat menaik turunkan penumpang tapi bukan stasiun. Selain itu fungsi dari stopplaats ini juga berfungsi untuk mengangkut kiriman paket/surat dari post kantoor/kantor pos Magelang. (sumber: booklet DJELADJAH DJALOER SPOOR - 22 Januari 2012 KOTA TOEA MAGELANG)

Station-kotta - Magelang
Source: http://topengireng.wordpress.com/2011/08/20/stasiun-kota-magelang-kebonpolo/
Dimulai pada awal abad 19 silam, Stasiun Kotta Magelang sangat penting dalam sistem transportasi di Jawa Tengah. Jalur ini dibuat pada sekitar tahun 1892. Di jaman perjuangan kemerdekaan Indonesia, stasiun ini sangat berperan penting. Sejarah mencatat peran kereta api dalam distribusi logistik untuk keperluan perjuangan dari Ciporoyom (Bandung) ke pedalaman Jawa Tengah. Mobilisasi prajurit pejuang di wilayah Yogyakarta - Magelang - Ambarawa. 

Magelang adalah basis militer yang cukup besar di region Jawa Tengah. Sedikit dari berbagai sumber, bahwa dari Stasiun Mertoyudan Magelang dahulu rel kereta api itu menuju ke arah utara sampai Pasar Rejowinangun dan Stasiun Kebon Polo. Di stasiun itu ada seperti peron, untuk para penumpang dan pedagang menaikkan barang. Ini Stasiun "khusus" untuk taruna Akademi Militer (Akmil) menuju Yogyakarta. "Khusus" ini diartikan bahwa banyaknya Tentara (militer) yang diangkut dari Magelang menuju Yogyakarta tidak sekedar plesir, namun juga pendistribusian di bidang militer.

Namun sekitar tahun 1974 jalur perkeretaapian lintas Magelang ditutup. Banyak faktor mengapa lintas Magelang ini ditutup, antara lain adalah mulai sepinya pengguna sarana transportasi kereta api, banyaknya jembatan yang rapuh/rusak akibat bekas perang kemerdekaan, dan jembatan yang rusak akibat erupsi lahar dingin Gunung Merapi.
Sejak itulah kemudian hanya menyisakan bekas rel dan beberapa stasiun lintas Magelang. Semuanya masih menjadi aset dari P.T K.A, walaupun banyak kontroversial dengan warga di dewasa ini. Namun di tulisan ini saya tidak menyoroti aset-aset P.T K.A .... hehe.... Sisa-sisa dari sejarah Stasiun Kotta Magelang adalah stasiun itu sendiri dan monumen gerbong ijo. 

#NB: nama monumen saya yang menamainya sendiri agar familier

MONUMEN GERBONG IJO
Interior Gerbong Ijo
Tak banyak orang yang mengulas gerbong tersebut. Minimnya informasi dan sumber menjadi kendala. Dari sisi historikal verbal dan non verbal pun tidak banyak yang tahu. Sedikit kesimpulan dari beberapa pengamat perkeretaapian Indonesia, gerbong tersebut adalah gerbong surat dan barang (begasi). Bukan gerbong kelas 3 untuk penumpang. Ini ditandai dengan terdapai interior semacam tempat barang yang besar, dengan pintu geser yang besar.







RESTORASI STASIUN AMBARAWA
Stasiun Willem I
Ambarawa awalnya merupakan sebuah kota militer pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Raja Willem I memerintahkan untuk membangun stasiun kereta api baru yang memungkinkan pemerintah untuk mengangkut tentaranya ke Semarang. Pada 21 Mei 1873. Stasiun ini lebih dikenal dengan nama Stasiun Willem I. Stasiun Ambarawa adalah sebuah stasiun kereta api yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah museum. Berletak di Ambarawa, Jawa Tengah  yang memiliki kelengkapan kereta api yang pernah berjaya pada zamannya.

Rencananya Museum ini akan dikembangkan sebagai stasiun Heritage yang memadukan antara sejarah, wisata dan heritage. Lokomotif yang ada di sisi barat dari stasiun akan di pindahkan ke sisi yang lain. Dan bekas lokomotif tersebut akan di hidupkan lagi jalur kereta api. Jadi nantinya di sisi barat dan timur dari stasiun tsb relnya akan di fungsikan kembali.
Source:
www.facebook.com/photo.php?fbid=322546867837459&set=o.128356500529153&type=3


 Adapun hubungannya dengan gerbong ijo adalah: Gerbong Ijo yang dibawa dari Magelang selama 2 hari tersebut direstorasi besar-besaran. Anggaran disediakan untuk perbaikan dalam beberapa tahap dan ada target penyelesaian. Gerbong Ijo ini juga sudah ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Artinya dalam restorasi perbaikan dan perawatan tidak dengan sembarangan. Melainkan harus ahli di bidangnya agar tidak merubah estetika asli dari gerbong tersebut.


Dan amazing sekali, per 7 April 2013 (gambar diambil) gerbong ijo tersebut sudah direstorasi penuh, sudah seperti baru. Tampak gagah dan mempunyai memoribilia yang sangat khas era kolonial. 
Usai Direstorasi
source: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=514444138601637&set=o.128356500529153&type=3

BELAJAR BERLAPANG DADA
Overall, seputar sejarah kereta api masa lampau mungkin kita banyak yang tidak mengalaminya. Sehingga "rasa memiliki" masyarakat sangat kurang. Ketika kondisi monumen rusak parah, kita tidak bisa menyalahkan sepihak saja. Namun dari kesadaran pribadi kita masing-masing seyogyanya memiliki rasa menghargai masa lampau. Dengan adanya kejadian seperti monumen gerbong ijo tersebut, baru masyarakat "bersuara" dan bahkan baru tahu kalau ada monumen semacam itu. Ini membuktikan kalau masyarakat terkadang "lupa" akan informasi di sekitar kita.
Kita Kadang Lupa Menjaga dan Melestarikan Benda Bersejarah
Di satu sisi aset perusahaan, masyarakat umum (seharusnya) tidak berhak memilikinya. Dengan pemindahan monumen tersebut ke Museum Kereta Api di Ambarawa, diharapkan P.T K.A bisa merestorasi, menjaga dan merawat agar tidak hancur ditelan jaman. Karena ini merupakan warisan kepada anak-cucu kita di bidang sejarah, maka kita harus menjaga bersama. 
Benda Cagar Budaya Harus Dijaga Bersama
Jangan sampai kita kehilangan jejak memori karena kita tidak peduli.
Salam Heritage !!!

No comments:

Post a Comment