Sunday, 22 September 2013

MUSEUM itu: Tak Seharusnya Membosankan

Museum Diponegoro
Ketika membahas perihal museum, kadang yang ada di pikiran adalah: membosankan, mengerikan (sering diekspos menjadi tempat uji keberanian - horor), tidak menarik, pola masa lalu, kuno, dan enggak gaul. Pemikiran ini mungkin mewakili orang-orang awam yang sebenarnya tidak mau tahu soal museum dan tidak menghargai sejarah. Acap kali segelintir orang di suatu daerah tidak mengetahui bahwa di daerah sekitar ada museum. Bahkan yang lebih mencengangkan anak muda jaman sekarang banyak yang acuh dan cuek terhadap keberadaan museum. Ini yang menyebabkan museum dianggap "tidak menyenangkan" karena generasi penerus saja tidak peduli. Ada pula yang tidak tahu cara berkunjung ke museum karena akses masuk yang tidak terbuka. Ya, menurut riset berbagai sumber, ternyata museum merupakan destinasi tempat wisata keluarga yang terbawah.

Dewasa ini yang perlu dibenahi museum dari segi aspek sosial adalah mengubah pola pikir masyarakat yang harus dihapuskan. Pembenahan pola pikir ini melingkup: museum bukanlah tempat untuk menyimpan barang kuno yang tak terpakai dan membosankan. 

Namun sebaliknya, museum seharusnya memberikan pola pikir bahwa museum merupakan kisah perjalanan sejarah yang panjang. Mencakup pesan penting dari masa lampau untuk masa depan. Museum harus dapat mempresentasikan pikiran, ide kreatif, bahkan mempresentasikan cita-cita dan karya yang fenomenal, misalnya saja tentang: kejayaan dan kegemilangan suatu bangsa. Tidak hanya itu saja, sesuai dengan sejarahnya museum harus mampu menyuguhkan pedihnya atas keterpurukan bangsa. Semua ini bertujuan tudak untuk diratapi, namun sebagai tolok ukur untuk masa depan yang lebih baik.

Tak sepenuhnya kesalahan diberlakukan kepada masyarakat yang apatis terhadap museum. Namun kita kembali harus menilik semua aspek persoalan yang mengakibatkan museum tidak diminati. Kurangnya dana dan SDM yang mumpuni dalam pengelolaan museum juga berpengaruh besar dalam kemajuan museum itu sendiri. Sebagai lembaga non profit, museum memiliki visi dan misi yang sangat mulia yaitu membagi ilmu pengetahuan dan mencerdaskan masyarakat. Kreativitas perlu dikembangkan museum, misalnya saja melalui aktivitas pengumpulan dana, perawatan, penataan dan pameran. Sehingga museum dapat menjadi destinasi tamasya yang menyenangkan.

SEJARAH MUSEUM
Museum berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata: mouseion. Mouseion merujuk pada nama kuil utuk sembilan dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian.
Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filosofi dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM.

Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan. Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang, Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia.

Museum Tertua di Indonesia: RADYA PUSTAKA
Museum Radya Pustaka
Source: http://surakarta.go.id/sites/default/files/field/image/PICT0064.JPG
Saya menuliskan satu museum tertua di Indonesia, yaitu museum Radya Pustaka yang berletak di Surakarta, Jawa Tengah. Museum ini didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IX oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV di dalem Kepatihan pada tanggal 28 Oktober 1890. Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV pernah menjabat sebagai Patih Pakubuwono IX dan Pakubuwono IX. Museum ini lalu dipindahkan ke lokasinya sekarang ini, Gedung Museum Radyapustaka di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta, pada 1 Januari 1913. Kala itu gedung museum merupakan rumah kediaman seorang warga Belanda bernama Johannes Busselaar.

Museum Radya Pustaka memiliki koleksi yang terdiri dari berbagai macam arca (kebanyakan yang ada di daerah Jawa Tengah), pusaka adat, wayang kulit dan buku-buku kuno. Koleksi buku kuna yang banyak dicari itu di antaranya mengenai Wulang Reh karangan Pakubuwono IV yang isinya antara lain mengenai petunjuk pemerintahan danSerat Rama karangan Pujangga Keraton Surakarta bernama Yasadipura I yang menceritakan tentang Wiracarita Ramayana.

MUSEUM itu: Tak Seharusnya Membosankan
Tajuk diatas sengaja saya sematkan karena belajar sejarah melalui museum itu tidak seharusnya membosankan, namun harus menyenangkan. Karena ketika menyengkan, maka kita akan terbawa suasanya yang lebih ingin tahu tentang sejarah itu sendiri. Contoh saja dengan mengadakan metode baru dalam pembelajaran sejarah: jelajah sejarah atau pun jalan-jalan bertemakan sejarah. Metode ini bersifat fresh dan tidak membosankan. Pelaku akan dimanjakan dengan suasana baru selain teks buku, namun masih ada dasar faedah dari sejarah.
Komunitas
KOTA TOEA MAGELANG
Sayang sekali metode menyenangkan tersebut semetara belum bisa dipenuhi oleh banyak permuseuman resmi negara di Indonesia. Namun solusi metode tersebut sudah banyak dilakukan oleh banyak komunitas yang bergerak di bidang heritage (tangible dan intangible) seni, budaya dan bangunan bersejarah di Indonesia. Misalnya saja dari komunitas yang ada di jawa Tengah, yang aktif melakukan setiap sebulan sekali adalah komunitas KOTA TOEA MAGELANG (klik tautan Twitter), Blusukan Solo , Lopen Semarang dan masih banyak lagi. #NB: Saya batasi 3 komunitas.
Komunitas Blusukan Solo
Beberapa komunitas tersebut mempunyai misi yang sama, yaitu menjaga, melestarikan heritage serta mengedukasi masyarakat dengan basis belajar bersama. Walaupun terkadang anggota komunitas kebanyakan tidak ada basic sejarah. Dengan misi tersebut diharapkan masyarakat bisa peduli perjalanan masa lalu, masa kini dan untuk masa depan. Oleh sebab itu, edukasi sejarah dengan metode tersebut sering kali dilakukan dan diselenggarakan agar banyak yang menggemari sejarah. Kemasan nuansa hiburan lebih dominan, namun tidak meninggalkan sisi sejarahnya.
Komunitas Lopen Semarang
Tak terduga antusiasme masyarakat sangat tinggi. Ini terbukti dengan banyaknya member komunitas dari berbagai latar pendidikian dan profesi, dan tidak hanya orang tua yang ingin nostalgia saja, namun sekarang mayoritas anak muda yang lebih menggalakkan pelestarian Heritage (tangible dan intangible).








MANFAAT AKTIVITAS KOMUNITAS PECINTA HERITAGE
Inovasi komunitas pecinta heritage harus bersifat kreatif, agar masyarakat menuai manfaat. Tidak hanya ilmu saja yang bersifat intangible, maka setiap komunitas bertajuk sejarah seyogyanya memberikan inovasi lebih agar lebih digemari masyarakat. Contohnya saja:

1. i-See a.k.a Pagelaran
Diadakan pagelaran secara rutin. Memang intensitas dari pagelaran bersifat seni ini tidak akan tinggi dan tidak mudah pula pengemasannya. Namun apabila secara stimultan bertahap dan diagendakan, maka ini menjadikan suasana yang lain di dalam komunitas.
Pagelaran Wayang Onthel
VOC Magelang
2. Penyaluran Hobi
Tempat museum, atau tempat bersejarah lainnya dapat dipadukan dengan hobi. Misal saja tempat tersebut dijadikan estimasi berkumpulnya penghobi fotografi, hobi olahraga, dan hobi yang lain. Secara tidak langsung pertanyaan berkisar tempat tersebut akan ditanyakan. Atau dengan lomba foto heritage, secara langsung juga akan menjaga heritage. Orang akan mencari tahu tentang info heritage yang terkait. Secara langsung info bersifat edukasi akan tersampaikan.
Foto Jadul Refleksi Seni Fotografi
3. i-Shop a.k.a Belanja
Saya kira setiap daerah memiliki destinasi belanja yang bersifat heritage yang identik dan menarik, contoh kecil: batik, buku, mug, kartu pos, wayang kulit, dll.

4. Belajar Kreatif
Selain memamerkan koleksi-koleksi foto ataupun koleksi benda-benda bersejarah yang lainnya, dalam mempresentasikan histori hendaknya museum / komunitas pecinta heritage harus kreatif. Misalnya saja dekorasi, tambahan fasilitas, kuantitas guide, ataupun workshop di bidang tertentu. Mungkin masih banyak lagi hal yang bisa dikemas secara kreatif yang lain. Ini penting sekali karena pola pikir masyarakat akan menganggap "museum itu asyik" ketika kemasan sejarah itu menarik.
Pentingnya Kreatifitas Untuk Mengubah Mindset Masyarakat Bahwa Museum Itu Asyik
Retropeksi Kuno-Kini (Semarang), yang menggunakan bangunan kuno untuk instalasi dan edukasi
Museum Goes To Campus
Kreatifitas Semacam ini juga efektif mengenalkan museum ke anak muda
5. i-Eat dan i-Drink a.k.a Tempat Jajan
Jajan yang "identik" dengan heritage pasti ada di setiap daerah. Apalagi jajanan tradisional yang sangat digemari wisatawan asing yang mendatangi suatu daerah. Tidak ada salahnya kita mencari tahu sejarah dan filosofi makanan - minuman jadul di daerah kita.

6. Cleaning And Fun a.k.a Bersih-bersih Heritage Secara Menyenangkan
Selain mempelajari ilmu sejarahnya, selaku komunitas harus bisa menjaga benda bersejarah ataupun kawasan bersejarah dari kotor dan sampah. Karena tidak bisa mengadalkan pihak pemerintah saja yang kadang tidak segera melakukan pembersihan.... hehe.... :D
Komunitas KOTA TOEA MAGELANG
Aksi bersih-bersih Boog Plengkoeng 1898
7. i-Surprise a.k.a Hal yang Mengagumkan
Museum itu tidak dibatasi tempat yang menyimpan benda bersejarah saja. Namun museum alam juga bisa diadakan. Mengagumkan ini bukan diartikan secara harafiah saja, namun kagum dalam hal "sampai tidak bisa berkata-kata" karena sangat kagum. Misalnya saja: di satu titik Boog Boton Magelang, kita dapat melihat 5 gunung + satu Bukit. Magelang adalah kota yang dikelilingi 5 Gunung dan 1 bukit. Nah seperti itu lah kagum yang menggambarka kondisi "wow". Di setiap tempat pasti memiliki i-Surprise yang musti digali. Kita bersama komunitas pecinta heritage sangat memungkinkan dalam menggali hal ini.

Saran Pribadi Pasal Museum:

Papan Informasi Di Museum Majapahit Trowulan
1. Sedikit pengalaman dari kegiatan Temu Pusaka 18 Oktober 2012 yang lalu. Berikut adalah gambar dari bagian museum Majapahit. Ada hal positif yang dapat diambil dari gambar ini adalah ketika museum Majapahit menampilkan foto-foto pengunjung yang pernah mengunjungi museum tersebut. Menurut saya pribadi: Secara tidak langsung akan mempengaruhi, memacu museum yang lain untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menarik pengunjung.

Uji Nyali Di Museum Majapahit Trowulan
(program acara media elektronik yang tidak memberi info ilmu pengetahuan)


2. Media harus menghentikan eksploitasi cerita mistis soal museum dan sejarah. Media harus memberitakan perihal ilmu pengetahuan daripada mengupas sisi mistis museum dan tempat bersejarah.







PENTING ... !!!
Di Era yang teknologi serba canggih ini, seyogyanya kita bersama dapat menggiatkan ilmu pengetahuan sejarah dengan mudah (belajar dari sejarah). Dan dengan teknologi yang ada, promo misi kita sekarang adalah: masyarakat yang sadar sejarah, sejarah yang bisa diminati, menarik dan mudah dimengerti. 
Kemasan Edutainment harus lebih digencarkan, karena sudah terbukti ampuh untuk menarik partisipasi anak muda.

Thursday, 5 September 2013

CANDI SELOGRIYO: Kekhusyukan Religi dan Epic Panorama

8 Juli 2013

Pukul 15.00 terik masih menyengat kulit di Magelang. Perjalanan selama kurang lebih 15 Km dari pusat kota menuju Windusari. Ekspektasi tamasya #90'an kali ini adalah Candi Selogriyo. Candi Selogriyo ini berletak di Dusun Campurrejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Jujur saja, saya orang asli Magelang yang belum pernah menuju Candi Selogriyo sebelumnya. Padahal letak Candi Selogriyo ada di Magelang juga.... hehe....
Benda Cagar Budaya Candi Selogriyo
Berbekal info dari teman dan sumber internet (sebut: Google), sesekali saya bertanya kepada penduduk sekitar tentang keberadaan Candi Selogriyo tersebut. Keramahtamahan penduduk menyebutkan rute yang harus ditempuh.

 tanya aku: "taksih tebih bu Candi Selogriyo??" (masih jauh bu Candi Selogriyo??)
jawab penduduk: "caket kok, taksih 2 Km maleh" (sudah dekat, masih 2 Km lagi)
(di benakku adalah 2 Km ala penduduk setempat itu masih jauh.... hehe....)

Dan ternyata benar dugaanku :D
Rute penduduk yang jitu itu menghantarkan ke suatu rambu petunjuk ke Candi Selogriyo. Secara tidak sengaja saya melihat prasasti di rambu tersebut. Memang tidak memperlihatkan prasasti monumental yang heroik. Setelah saya mendekat dan mencermati isi prasasti tersebut, saya sangat tercengang. Ternyata begitu heroiknya dasar prasasti itu dibangun. Emosi jiwa warga Desa Kembang Kuning terhentak atas jasa pendahulu yang telah gugur di medan Perang Dunia II. 
Penunjuk Arah dan Prasasti
Mereka yang telah gugur adalah
Prasasti
  • M. Butuk
  • M. Darto
Dimana kejadiannya adalah Markas KI BN V Resimen 19 diserang oleh tentara Belanda 5 Desember 1949 di dusun Jlupo Jurang, desa Kembang Kuning. Monumen ini diresmikan oleh Kepala desa Chozim pada 1 Januari 2012. Semoga dengan adanya monumen ini, kita tidak melupakan sejarah, namun harus menghargai sejarah yang ada.

Rute berlanjut menuju Candi Selogriyo. Jalanan selebar kurang lebih 3,5 meter terus menanjak melewati rumah penduduk setempat. Anak-anak kecil seperti menyambut girang adanya pengunjung di sela-sela permainan lokal mereka. Kemudian check point pertama adalah pembelian tiket. Tiket cukup murah, hanya Rp 1.000,- per orang.
Tempat Pembelian Tiket
 Sangat bersemangat ketika yang di benak adalah sudah dekat dengan obyek Candi Selogriyo. Namun sesekali petugas memberi pesan bahwa harus hati-hati dalam berkendara motor, karena akses jalan hanya bisa dilalui satu motor saja, dan akses jalan sedang ada perbaikan.
Jalan Terjal dan Berbatu

Ya ternyata benar, medan cukup menyulitkan pengendara sepeda motor. Apalagi berboncengan akan terasa sedikit berat di medan yang menanjak dan berbatu. Membutuhkan konsentrasi yang fokus dalam berkendara dan usahakan jangan kehilangan cairan, karena akan menurunkan konsentrasi dalam berkendara (ini bukan iklan air mineral lho.... hehe....)
Dusun Campurrejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang
Karena medan yang sulit dan menguras tenaga, sesekali berhenti untuk istirahat dan menghela nafas. Keelokan panorama di sekitar Dusun Campurrejo, Desa Kembangkuning ini bak baterai tenaga. Salah satu Ciptaan Yang Maha Kuasa terhampar indah. Tiga bukit besar: bukit Condong, bukit Giyanti, dan bukit Malang seperti memberikan energi yang luar biasa kepada pengunjung. Udara sejuk tanpa ada bising suara kendaraan seperti di kota membuat sanubari rindu suasana tersebut.

Pavingisasi

Setelah separuh perjalanan, ternyata akses jalan sedang diperbaiki. Paving-isasi sedang dilakukan. Ya, kita patut membarikan apresiasi karena akses jalan dipermudah, karena sebelumnya hanya jalanan berbatu. Namun itu tak menyurutkan semangat untuk mencapai finish, Candi Selogriyo.





Gapura
Rasa lelah selama perjalanan terbayar sudah. Sambutan gapura bercorak baru dan suara gemercik air seperi memberi kesan ucapan selamat datang. Tangga berundak menuju candi sudah menunggu. 

Loket Yang Semestinya
Rupanya tiketing awal ada di daerah kawasan candi. Namun entah mengapa dipindah di lokasi bawah dekat dusun setempat. Mungkin juga karena letaknya yang cukup jauh, maka tiketing diberlakukan di lokasi bawah, namun tak jadi soal.
Sesampai di puncak, saya mengisi buku tamu atas nama KOTA TOEA MAGELANG. Sangat mencengangkan ketika membaca daftar buku tamu, kebanyakan adalah wisatawan manca negara. Dan kebetulan sesaat setelah sampai puncak Candi Selogriyo, saya bertemu dengan wisatawan mancanegara asal Jerman. Sangat miris ketika orang dari mancanegara lebih peduli dengan Indonesia daripada warga negaranya sendiri.

CANDI SELOGRIYO
Panorama Candi Selogriyo
Sejarah Candi Selogriyo sangat minim. Namun masyarakat memberikan nama Selogriyo karena Selogriyo itu memiliki arti rumah dari batu. Secara turun temurun masyarakat setempat, Candi Selogriyo ini dipercaya dibangun oleh prajurit dari Kediri yang melarikan sampai Windusari. Candi Selogriyo dipercaya warga dipakai  sebagai tempat pemujaan dan tempat untuk bersemedi (doa).
Candi Selogriyo Menghadap Ke Timur
(gambar ini bagian barat)
Candi Selogriyo berlatar belakang agama Hindu dan menghadap ke arah timur. Candi diperkirakan dibangun pada abad ke-9 Masehi. Namun candi ini tidak memiliki candi perwara (perwara: sub candi yang menjadi pendamping candi utama). Candi Selogriyo memiliki bangunannya berbentuk palang dengan ukuran 5,2 x 5,2 meter dan tinggi 4,9 meter dan terdapat arca, dan situs-situs lain seperti penggilingan biji, tempat rempah-rempah dan lingga-yoni. Diperkirakan di Candi Selogriyo ini dahulu ada lingga dan yoni sebagai bentuk lain dari Syiwa Mahadewa.
Situs-situs Peninggalan Di Candi Selogriyo
Arsitektur Indonesia Klasik berlatar belakang agama Hindu ini menghadap ke arah timur. Di empat sisi dinding bangunan candi terdapat lima relung tempat arca-arca perwujudan dewa. 
Arca-arca tersebut adalah: 
Arca Candi Selogriyo
  • Durga Mahesasura (dinding utara) yang berdiri di atas lembu dan membawa anak laki- laki di sebelah kirinya
  • Ganesha (dinding barat) duduk dan tanpa kepala, 
  • Agastya (dinding selatan) berdiri dengan tangan yang di letakan di belakang badan
  • Nandiswara, dan Mahakala (dinding timur) yang berdiri dengan tangan kiri didepan dengan memgang busan, dan tangan kiri di belakang badan . 
Salah satu keistimewaan candi tanpa perwara ini adalah kemuncaknya yang berbentuk buah keben. Kemuncak tersebut disebut amalaka.

  STOP VANDALISME ... !!!
Hasil Vandalis
Sangat disayangkan, di setiap Bangunan Cagar Budaya selalu saja ada vandalisme. Tidak hanya bentuk tulisan saja, bahkan di Candi Selogriyo ini ada vandalisme dalam bentuk pahatan. Semoga tulisan ini memberikan pengetahuan akan pentingnya peninggalan bersejarah. Dengan menghormati sejarah, maka kita menghormati dan memuliakan diri sendiri. Mari jaga peninggalan bersejarah bersama-sama. Oh iya satu lagi, Candi itu bukan tempat untuk pacaran.... hehe.... :D

Dilarang Pacaran di Candi Ini

Wednesday, 4 September 2013

CANDI NGAWEN: Potret Toleransi Budha - Hindu

Muntilan,
Senin, 1 Oktober 2012

Selamat Datang di Candi Ngawen
Semoga tulisan ini bisa menambah pengetahuan serta menambah agenda kawan-kawan untuk piknik/bertamasya ke situs candi yang tersebar di daerah Magelang dan sekitarnya. Minimal tau keberadaan situs candi tersebut, karena banyaknya tempat wisata yang sudah populer. Terlebih adanya tempat wisata modern seperti mall, tempat outbond dan sejenisnya tentu akan mengesampingkan tempat wisata pengetahuan berupa situs candi ini. 

Untuk itu tulisan ini saya unggah khususnya sebagai gambaran demi melestarikan dan tidak kalah asyiknya mempelajari sejarah !!!

Panas terik pada hari Senin 1 Oktober 2012 yang lalu tidak mengerutkan semangat saya akan ketertarikan pada situs Candi Ngawen yang berada di Muntilan, Kabupaten Magelang. Sekitar 4 KM dari pusat keramaian Muntilan mengarah ke barat, Candi Ngawen ini berdiri di pinggir jalan dengan lalu lalang transportasi dan akses kendaraan sangat mudah.

Situs Tertata
 Begitu melihat dan masuk ke dalam, kondisi sekitar candi yang tertata rapi, dengan angin semilir, bikin betah bertamasya kali ini. Dengan petugas dan penjaga yang ramah pula sedikit menjelaskan tentang keadaan candi. Di sana juga terdapat sejarah singkat tentang situs Candi Ngawen. Suasana yang asri menimbulkan kekaguman dan berangan-angan suasana masa kejayaan abad IX dan X.
Situs Yang Asri
Tamasya di Candi Ngawen kali ini meninggalkan kesan manis. Anda tidak akan menyesal tamasya ke Candi Ngawen. :)

LOKASI
Selamat Datang di Candi Ngawen
Lokasi candi ini tidaklah sulit. Kita bisa memulai perjalanan dari Yogyakarta menuju ke kota Muntilan:
- Jika berangkat Yogyakarta, kita akan menemui jalan satu arah di kota Muntilan (pusat keramaian kota). Perhatikan di tiap-tiap persimpangan (perempatan). Salah satu perempatan menampilkan papan petunjuk arah menuju ke candi. Papan petunjuk arah mengarahkan Anda belok ke kanan (barat) dan kira-kira 3 kilometer Anda sudah tiba di lokasi candi Ngawen.

- Ikuti saja jalan itu, maka Anda akan menemukan beberapa persimpangan jalan. Sekitar 1,5 km Anda menemukan perempatan. Ambil jalan lurus saja, Anda akan melalui wisata ziarah Gunungpring.

- Kurang lebih 1.1 km selanjutnya, Anda akan bertemu pertigaan (kanan ke Borobudur, kiri ke Klangon). Ambil jalan ke kiri (Klangon).

- Kurang lebih 300 meter, Anda akan bertemu pertigaan lagi (kanan ke Yogya), lurus ke Candi Ngawen. Ambil jalan lurus, sekitar 100 meter Anda sudah bisa melihat candinya.
NB:
sumber info lokasi:  Lokasi Candi Ngawen

sejarah singkat CANDI NGAWEN:
Gambaran UU Cagar Budaya  (Candi Pawon)
CANDI NGAWEN
Dilindungi UU RI No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

Candi Ngawen yang terletak di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Provinsi jawa Tengah ini berlatarbelakang agama Budha. Hal ini dibuktikan dengan temuan arca Dhiyani Buddha Ratnasambhawa di candi II dan arca Dhiyani Buddha Amithaba di candi IV. Berdasarkan gaya arsitektur bangunannya, Candi Ngawen dibangun sekitar abad IX - X Masehi.
Kondisi Candi Ngawen
Salah satu keunikannya, Candi Ngawen adalah keberadaan 4 buah arca singa di setiap sudut candi II dan candi IV. Kompleks Candi Ngawen terdiri dari lima buah candi yang berderet sejajar utara - selatan. Bangunan candi menghadap timur. Berturut dari arah selatan Candi Ngawen I,II, III, IV dan V dengan masing-masing candi berdenah bujur sangkar. Candi II dan IV memiliki ukuran dan bentuk konstruksi yang sama. Dari kelima candi yang terdapat di komplek Candi Ngawen hanya candi II yang telah dipugar pada tahun 1927 sehingga candi ini mempunyai komponen yang paling lengkap. Empat candi yang lain hanya tinggal kaki.


KEUNIKAN CANDI NGAWEN
Salah satu keunikan candi ini adalah bahwa Candi Ngawen merupakan candi bercorak Budha, namun di sekitar situs tersebut ditemukan Yoni dan Nandi yang notabene bercorak Hindu. Sedikit praduga bahwa akulturasi dan toleransi daerah Ngawen saat itu sangat baik.
 Ada sedikit ulasan dari rekan klik di sini:

- Perihal yoni, Penopang cerat ada yg polos, ada yg berupa naga saja, ada yg naga menyunggi kura-kura, ada pula naga raja (naga dg mahkota yg aduhai). Menurut kepercayaan Hindu, yoni adlh tempat tegaknya lingga utk menciptakan alam semesta, sdgkan naga dan kura2 mengawal dan menjaga keseimbangan ciptaanNya.

- Simbolisasi itu bernama Bedawang Nala, Bedawang Nala itu penyu yang menjadi tegaknya alam semesta. kemudian 2 naga yang melilit itu untuk mencegah Bedawang Nala bergerak, karena dalam mitologi Hindu, jika Bedawang Nala bergerak maka akan muncul Lindhu/gempa.
nah...kemudian sedikit koreksi, yang mencaga keseimbangan alam semesta itu sebenarnya adalah Nandi / lembu suci / lembu syiwa.
 
- Nah jadi biasanya kelengkapan candi, selain Lingga-yoni ada juga arca Nandi. Itu merupakan perwujudan dari Bedawang Nala dalam mitologi Hindu yang diterapkan di candi..

 YANG HARUS DICERMATI:
Vandalisme itu kejahatan
- Patuhi peraturan yang ada
- Dilarang memindahkan barang / situs candi
- Dilarang keras berbuat segala jenis vandalisme
- Lokasi situs Candi bukan tempat "pacaran"

Sang Iconic: WATER TOREN MAGELANG

Magelang
Senin, 1 Oktober 2012
Sang Iconic: WATER TOREN MAGELANG
Pada hari tersebut adalah hari yang sangat istimewa bagi saya. Secara tidak sengaja, saya diijinkan memasuki Menara Air / Water Toren Magelang, walaupun hanya sebentar sekitar 15 menit.

Kendaraan Wajib
Berawal dari bangun pagi, dan bersepeda mengelilingi kota Magelang yang asri dengan udara yang sejuk. Dengan perlahan mengayuh sepeda unik saya, mengitari alun-alun sekali. Kemudian saya melihat dua pegawai PDAM yang sedang mengecek pipa dan lampu di atas. Dengan sekelumit pertanyaan tentang Water Toren, saya menanyakan sedikit pertanyaan sekitar Water Toren. Dan pegawai tersebut dengan sangat ramah menjawab beberapa pertanyaan saya. Beberapa percakapan pribadi juga terceletuk oleh keramahtamahan pegawai tersebut. 

Pintu Water Toren
Water Toren Magelang
Kemudian tiba-tiba saya melihat pintu biru terbuka, dan saya minta ijin untuk masuk, dan begitu istimewa ketika ternyata saya diijinkan memasuki bangunan istimewa, bahkan ditawari naik sampai puncak bangunan heritage fenomenal berupa menara air / water toren Magelang. Dan saya tidak mau menyia-nyiakan tawaran istimewa ini, walaupun sebenarnya takut ketinggian. hehe....
Perasaan yang bercampur aduk, bahagia dan sedih pula. Sebagian perasaan bahagia adalah kesempatan ini sangat langka, bahkan tak terduga. Salah satu impian semua pecinta heritage Magelang adalah naik Water Toren ini sampai puncak. 

Sangat Beruntung Bisa Sampai Puncak Water Toren Magelang
Dan saya adalah salah satu bagian dari yang sangat beruntung.... hehe.... Dan sebagian perasaan sedih adalah: terkadang saya berpikir kalau bangunan ini susah merawatnya, bahkan ada bagian lantai yang rusak. 

Overall saya sangat senang dengan kunjungan yang istimewa kali ini :)

Sejarah Water Toren Magelang
"Aloon-Aloon. Magelang. Java"
Source: http://media-kitlv.nl/image/f8d729ba-3f04-4587-ae7a-8887824a488b
 Menara air yang dibangun pada tahun 1916 dan diarsiteki oleh Herman Thomas Karsten ini, diketahui bahwa menara air mulai beroperasi mencukupi kebutuhan air masyarakat Kota Magelang pada tahun 1920. Menara yang dibangun dengan 32 pilar ini memiliki tinggi 21,2 m dan dapat menampung 1,750 juta liter air. Dari arsip yang berada di bangunan seluas 395,99 m ini, diketahui bahwa menara air terdiri dari beberapa bagian dan bagian paling bawah yang berbentuk melingkar, dulunya merupakan bangunan yang diperuntukkan laboratorium, ruang pelayanan pelanggan, ruang administrasi dan ruang pengontrol air. 

Air yang masuk ke menara ini berasal dari beberapa sumber mata air yang ada di dusun Taroman, desa Kalinongko, Kecamatan Bandongan. Sejak 2 Mei 1920, melalui beberapa pipa induk, air mulai dialirkan ke masyarakat Kota Magelang yang ada di sekitar menara. 

Keberadaanya sampai sekarang ini masih berfungsi dengan baik, serta dibutuhkan oleh masyarakat Kota Magelang. Selain berfungsi sebagai penampungan air, menara tersebut juga menjadi 'landmark' atau penanda yang khas dari Kota Magelang. 

Karena alun-alun adalah area publik yang berfungsi sebagai sarana rekreasi warga, maka tak heran kalau sehari-hari di sekitar menara air ini kerap dijumpai kerumunan orang duduk-duduk bersantai melepas lelah menikmati suasana Kota Magelang. Dan alun-alun Magelang juga sangat unik. Keunikan ini tergambarkan dalam toleransi beragama. Alun-alun dikelilingi oleh Masjid Agung Magelang, Klenteng Liong Hok Bio, Gereja Katolik St. Ignatius dan Gereja Kristen (GPIB).
Toleransi Beragama di Kawasan Magelang