Monday, 11 January 2016

TAMASYA KEBUN KOPI GRABAG

Tak akan pernah ada habisnya berpetualang menyusuri Grabag. Secara administrasi, sejak jaman era penjajahan kolonial Belanda, kawasan Grabag sudah dipetakan sedemikian rupa. Grabag adalah salah satu kecamatan di wilayah timur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kecamatan Grabag berbatasan langsung dengan kecamatan Secang dan kecamatan Pringsurat (sebelah barat), kecamatan Tegalrejo (sebelah selatan), kecamatan Ngablak (sebelah timur) dan Kabupaten Semarang (sebelah utara). Dengan kontur tanah yang berbukit-bukit dan dikelilingi sungai Elo yang cukup besar, Grabag memiliki tanah yang subur sepanjang tahunnya. Tak khayal, pemerintahan Belanda saat itu menetapkan penanaman paksa kopi, kokoa dan teh secara besar-besaran di kawasan Grabag. Walaupun cukup menyakitkan, namun itulah bagian dari sejarah masa lalu.
Perkebunan kopi cukup terkenal di kawasan Grabag. Tidak hanya tingkat nasional, namun juga tingkat internasional. Tengok saja, lokasi Hotel MesaStila yang bertaraf internasional, memiliki kawasan kopi yang cukup besar. Bahkan kawasan kebun kopi disajikan sebagai destinasi wisata flora yang bisa dinikmati dari proses petik buah kopi hingga disajikan di cangkir. Komoditas kebun kopi Grabag sangat tersohor, dan kopi yang ditanam di ketinggian 600 - 1200 mdpl ini adalah jenis robusta.

KOFFIE TE NGRANCAH
Namun tamasya kali ini tidak mengulas hotel MesaStila, hanya menduga-duga dari foto lawas KITLV. Ya, lagi-lagi ada rasa penasaran di benak saya dan handai taulan. Foto dengan keterangan "Administrateurswoning op koffieonderneming Ngrantjak tussen Ambarawa en Magelang" memliki artidalam terjemahan bebas: "Administrator Property pada perusahaan kopi Ngrantjak antara Ambarawa dan Magelang". Destinasi tamasya kali ini berfokus pada perkebunan kopi daerah Ngrantjak. Awalnya kami menduga bahwa daerah yang bernama Ngrantjak ini memiliki domisili sendiri. Namun setelah kami diskusikan, ada nama desa daerah Grabag yang memiliki nama Ngrancah. Nama ini hampir sama, dan kami simpulkan bahwa kemungkinan besar hanya lafal saja yang berbeda antara orang Eropa dan orang Indonesia. Desa Ngrancah awalnya merupakan tempat pengungsian prajurit yang bernama Rejodipuro pada jaman Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Sekitaran tahun 1873 beliau sering dikejar-kejar pasukan kompeni Belanda dan akhirnya beliau menetap dan memberi nama Desa Ngrancah
"Diduga" Edward Jacobson Sedang di G. Sindoro
Grabag memiliki sebuah desa yang bernama Ngrancah yang kemungkinan memiliki lahan kopi sekitar 18.000 hektar. Sepanjang perjalanan dari jalan utama Magelang - Semarang, menuju desa Ngrancah ini dikelilingi pohon kopi di kanan dan kiri jalan. Dikulik dari beberapa sumber, Kopi Ngrancah berawal dari budidaya oleh orang Belanda yang bernama Edward Jacobson di awal tahun 1900an, dan hingga kini kopi ini menjadi komoditas asli dari Ngrancah, Kecamatan Grabag. Edward Jacobson adalah seorang kolektor binatang yang aktif di wilayah Sumatera dan Jawa, sebelum Perang Dunia I. Kemungkinan besar dia selaku pecinta hewan melestarikan ekologi hewan seputaran lingkar gunung Ungaran, beserta budidaya kopi di Ngrancah sebagai habitat. Nama Edward Jacobson ini juga diabadikan oleh peneliti hewan, van Kampen pada tahun 1912 sebagai nama ilmiah dari kodok Pohon Ungaran dengan nama: Philautus jacobsoni.
Source: Klik
Menurut warga Ngrancah yang menjadi ketua paguyuban pengepul kopi Ngrancah, pak Hari, dia membenarkan bahwa foto yang ditunjukkan KITLV adalah bukit puncak Wiropati. Bukit tersebut terbentang luas tanaman budidaya kopi organik tanpa bahan kimia sebagai pupuk. Bahkan kelompok Karang Taruna sekitar ikut membudidayakan kopi luwak Ngrancah. Sesuai kesepakatan bersama, kopi tersebut dinamai Kopi Murni Tri Tunggal. Kopi ini cukup unik, karena secara tekstur rasa memiliki rasa dark cokelat di seduhan kopinya. Tak banyak kopi robusta yang memiliki karakter rasa tersebut.
Selain pengembangan sektor perkebunan, kelompok Karang Taruna tersebut mengembangkan industri kecil ampyang, gula aren, ternak madu dan wisata edukasi outbond yang diresmikan 28 Februari 2016. Walaupun produksi utama desa Ngrancah ini adalah komoditas biji kopi, namun di sela-sela setelah maupun sebelum panen para warga menyibukkan diri dengan cara membuat bahan setengah jadi triplek. Menurut warga sekitar, kegiatan tersebut menjadi tambahan pendapatan untuk perekonomian keluarga.

STREET CULINARY
Kawasan Grabag juga penuh tamasya kuliner. Kuliner dari Grabag tergolong sangat banyak, dari yang tradisional hingga modern, bahkan perpaduan antara tradisional dan modern. Salah satunya jika kita ke Grabag, tak ada salahnya kita mencoba salah satu street culinary di Grabag yaitu "Baksoku Baksomu". Kuliner ini memiliki menu yang unik, sangat murah dan terjangkau. Walaupun berlokasi di pinggir pasar Grabag dan bersampingan dengan makam, jangan khawatir dengan kebersihannya, sehat dan halal.

NGRANCAH RAMAH
Keramahtamahan warga Ngrancah jangan disepelekan. Mereka masih menjunjung tinggi persaudaraan, menganggap pendatang adalah tamu yang baik. Bahkan saat berteduh di salah satu rumah warga, disambut dengan baik dan mendapatkan informasi secara terbuka. Maka dari itu, alangkah baiknya saat kita bertamu di desa Ngrancah ini, bahkan bertamu di desa yang lainnya harus sopan, jaga sikap dan jaga kebersihan. Jangan menodai keramahan warga sekitar dengan kesombongan pribadi kita.
Desa Ngrancah


No comments:

Post a Comment