Suasana paling sempurna ogud ketika menikmati secangkir kopi adalah di sore hari. Ya, kira-kira sekitar setengah lima sampai setengah enam lah. Ngomong-ngomong soal kopi, kopi itu sejatinya berwarna hitam, karena warna lain hanya ilusi. Kopi itu menurut ogud sejatinya hanya minuman pahit apabila sempurna terseduh oleh air panas. Selebihnya, secangkir kopi itu hanya menjadi sampul buku novel, dan hitam yang lainnya hanya Kesatria Baja.
Well, ogud bukan ahli kopi karena hanya menyukai kopi. Dan ogud mencoba belajar tentang kopi tanpa melalui proses pembelajaran formal. Nah, tak ada salahnya tulisan lanjutan kita ini mengerti sedikit hal tentang yang namanya kopi. Dewasa ini banyak sekali olahan makanan-minuman berbahan dasar kopi. Di Indonesia sendiri, popularias kopi melebihi popularitas Bill Gates (soalnya do'i enggak main sinetron sih). Fenomena kopi di industri Indonesia sangat berimbas sistemik. Kopi sachet salah satu contohnya. Salah satu sisi, kopi sachet ini memberikan dampak positif pada penjual kelas bawah. Kopi sachet di sisi lain tidak tau kandungannya, entah itu sehat atau tidak (bahan kimia).
Oh iya, ada satu tempat belajar kopi dengan cara asik di belahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempatnya di daerah Gejayan, lebih tepatnya di Pusat Studi Lingkungan Sanata Dharma, di gedung Arrupe Huis. Tempat belajar kopi itu bernama Klinik Kopi. Secara budaya populer tempat ngopi biasanya sih Klinik Kopi ini jauh dari yang dibayangkan seperti kafe biasanya. Tidak ada Wi-Fi, musik, TV dan hingar-bingar yang lain, yang ada hanya pohon jati. Unggulan dari tempat ngopi dan belajar kopi ini adalah sisi humanis.
KLINIK KOPI
Pict: @klinikkopi |
Tidak berhenti di situ, kami mendaftar dulu lewat twiter karena takut tidak mendapatkan tempat klinik yang hanya buka dari jam 18.00 - 21.00 saja. Sesampainya di sana kami mendaftar ulang dan menunggu giliran. Tiba saatnya kami dipanggil, dan bertemu dengan sang penggagas Klinik Kopi yang sekaligus menjadi penyeduh kopi. Kopi yang disajikan di Klinik Kopi adalah kopi jenis Arabica saja. Adalah seorang bernama Pepeng (nama panggung) yang menjamu kami di ruang kerjanya. Ruang kerjanya berisikan peralatan untuk menyeduh kopi dan biji kopi se-Nusantara dalam berbagai toples. Ya, sama dengan klinik kesehatan yang beda visi dan misinya.... hehe....
Sisi Humanis Klinik Kopi
Pict: @klinikkopi |
Pepeng: "biasanya minum kopi apa?"
Tuan A: "kopi alat Transportasi Laut nih"
Pict: @klinikkopi |
Pict: @klinikkopi |
Selain itu, sisi humanis yang lain adalah setiap "pasien" diwajibkan untuk saling berkenalan. Wow, ini yang tidak ada di tempat ngopi yang lain. Dari berbagai latar belakang pendidikan, pekerjaan dan umur, tanpa memandang RAS kami diwajibkan saling mengenal. Tanpa canggung kami saling berkenalan untuk menambah teman ngopi. Sangat Amazing ketika seorang Pepeng mewajibkan untuk saling kenal. Namun sedikit disayangkan ketika ogud di sana, di sisi lain ada oknum yang memunculkan geng/group berdasarkan harinya berkumpul di tempat itu hanya sebagai eksistensi saja: #Senin #Selasa #Rebon #Kamisan #Jumat #Sabtu #Minggu. Alangkah baiknya kalau kita sesama manusia tanpa memandang perbedaan, karena visi-misi Klinik Kopi adalah menjalin kebersamaan.... ya nggak sih ??!!
Gagasan Peraturan Unik
Pict: @klinikkopi |
Menyeduh Kopi
Pict: @klinikkopi |
Hmmmm.... ini nih yang paling menarik dari Klinik Kopi. Pertama ogud ke sana, jujur ogud belum paham soal kopi, walaupun sudah ngopi sejak SMA sih (kopi lokal). Apa sih menariknya seduhan Klinik Kopi? Yang menarik adalah sebuah "proses tahapan". Proses ini bukan dari segi cara membuatnya, namun proses tahapan penikmat kopi awal. Sedikit ogud onalogikan nih, bak seorang anak kecil yang belajar naik sepeda, pasti ada proses tahapan dari roda 3, roda 4, roda 4 dilepas satu, roda dua. Nah, tudak beda dengan belajar menikmati kopi di Klinik Kopi. Kita disajikan tidak langsung sajian espresso, namun melalui proses tahapan.
- Pertama kita bakal diberi arahan bagaimana karakter dari masing-masing kopi.
- Edukasi tentang perihal kopi secara detail.
- Nah untuk pengonsumsi kopi murni "awal" bakal diberikan yang soft dulu
- Soft di sini melalui unsur krema, body, after taste
- Tahapan awal selalu melalui yang namanya Double Shoot (Pepeng pernah menamai Americano) :p
Tahapan tersebut akan berkembang sesuai intensitas kita ke Klinik Kopi. Ini bertujuan agar kita bisa merasakan perbedaan dan perkembangan indra pengecap kita. Patut berbangga hati ogud melewati tahapan demi tahapan untuk mengenali kopi se-Nusantara. Namun entah deh kalau waktu Pepeng sibuk mengurusi banyaknya antrian, kadang lupa menjelaskan proses ini kepada konsumen baru.... hehe....
Ada yang seru nih dalam memesan sajian di Klinik Kopi. Beberapa bagian dimana biji kopi yang dilabeli nama, misalnya: Kayumas Yunas, Kalosi Evi, dll. Sajiannya pun ternyata memiliki nama tersendiri, misalnya: Ipung = Satu setengah shoot, Marco = single shoot, Elsa = Ristretto. Nama ini diberikan karena intensitas nama orang tersebut memesan sajian yang sama secara kontinyu. Lucunya, banyak juga pengunjung yang meminta namanya sebagai nama menu di Klinik Kopi. Hmmmm malu sih ya....gengsi doooong haha.... Kalau belum lapang dada sih bakal jadi perlombaan dimana kita akan selalu ingin mencicipi sajian yang tertinggi tanpa melalui proses tahapan.
Aturan Main Baku
Pict: @klinikkopi |
KLINIK KOPI "Menyembuhkan" Pecinta Kopi
Judul tulisan ini memiliki arti penting dan poin penting bagi diri ogud pribadi setelah hampir setahun mengonsumsi kopi di Klinik Kopi. Ternyata proses tahapan yang pernah dilewati secara pribadi mengembangkan ogud. Ya, acap kali tidak sadar bahwa pengembangan teknologi memang semakin maju, tidak pernah akan mundur. Namun ajaibnya konsep Klinik Kopi bisa mempertahankan sisi humanis dan bahkan bisa melawan pesatnya teknologi informasi. Selain itu, ogud bisa saling toleransi antara penikmat kopi dengan gula dan penikmat kopi "anti" gula di luar Klinik Kopi. Ialah sisi humanis yang ogud tekankan utama selain cita rasa kopi yang begitu nikmat di Klinik Kopi. Seperti halnya after taste kopi yang baeraneka ragam, sisi humanis di Klinik Kopi pun beragam. Namun saya tetap bangga yang melalui Klinik Kopi terlanjur memasuki dunia kopi. Kebanggaan sisi humanis inilah yang sebenarnya "menyembuhkan" manusia dari negatif pesatnya dunia teknologi. Esensi utama dari Klinik Kopi ini bukan hanya kafein, namun "Mereka".
No comments:
Post a Comment