Selamat pagi Gresik... Pagi yang cerah di Gresik...
Sekitar pukul 08.30 saya tiba di Rumah Dinas Bupati Gresik. Kami beserta rombongan disambut oleh Bupati Gresik dan tokoh Masyarakat Gresik beserta komunitas yang berkaitan dengan pelestarian Cagar Budaya Gresik. Seremonial standar khas Indonesia dilakukan: daftar ulang, upacara pembukaan, ramah tamah dengan pejabat setempat, penutupan, lalu ini yang ditunggu-tunggu... bertamasya jalan-jalan kampung Gresik... Asyik !!!
Karakter cuaca Gresik lebih cenderung panas, karena memang dataran rendah. Cuaca yang panas tak menghalangi kami melanjutkan kegiatan kali ini. Destinasi pertama kami adalah mengunjungi gedung DPRD Kabupaten Gresik. Ini kali pertama saya memasuki ruangan kerja anggota DPRD, wakil rakyat. Sungguh nyaman, menggunakan bekas bangunan khas Kolonial yang cenderung mencolok dari bangunan lainnya. Seperti biasa, banunan Kolonial memiliki karakteristik sejuk, karena bentuk yang tinggi dan besar. Terdapat beberapa ornamen yang dipajang menyesuaikan dengan karakter bangunan.
Kawasan Gresik ini tergolong kawasan cagar budaya. Kentalnya suasana sosial masyarakat dan suasana asrinya bangunan lawas membuat takjub ketika kami mengamati detailnya kawasan lingkar Gresik. Tak banyak kawasan seperti ini, dikala kawasan kolonial Belanda, Arab dan Tionghoa terdapat dalam satu kawasan yang strategis. Kesan pertama yang saya tangkap adalah begitu kuat rasa toleransi antar masyarakat. Sepanjang perjalanan begitu banyak ditemui ketika menengok kiri dan kanan selalu merasakan seperti di "dunia masa lalu".
![]() |
Rumah Gajah Source: KITLV (klik) |
Satu kata buat Gresik: Asyik ... !!!
GRESIK
Menurut catatan dari Tiongkok, Gresik didirikan di abad ke-14 oleh seorang Tionghoa. Sejak abad ke-11, Gresik menjadi pusat perdagangan dan kota bandar yang dikunjungi oleh banyak bangsa seperti, Cina, Arab, Champa, dan Gujarat. Gresik juga sebagai pintu masuk Islam pertama di Jawa, yang antara lain ditandai dengan adanya makam-makam Islam kuno dari Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Fatimah binti Maimun. Gresik sudah menjadi salah satu pelabuhan utama dan kota dagang yang cukup penting sejak abad ke-14, serta menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Maluku menuju Sumatera dan daratan Asia (termasuk India dan Persia). Hal ini berlanjut hingga era VOC.
Tahun 1411 penguasa Gresik, seorang kelahiran Guangzhou, mengirim utusan ke kaisar Tiongkok. Di abad ke-15, Gresik menjadi pelabuhan dagang internasional yang besar. Dalam Suma Oriental-nya, Tomé Pires menyebutnya sebagai "permata pulau Jawa di antara pelabuhan dagang".
Pada era VOC, Afdeeling Gresik terdiri dari Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Sedayu. Kota Gresik sendiri berada pada jalur utama jalan pos Daendels. Perkembangan Surabaya yang cukup pesat memaksa dihapuskannya Kabupaten Gresik dan bergabung dengan Kabupaten Surabaya pada tahun 1934.
Pada awal Kemerdekaan Indonesia, Gresik hanyalah sebuah kawedanan di bawah Kabupaten Surabaya. Didirikannya Pabrik Semen Gresik pada tahun 1953 merupakan titik awal industrialisasi di Gresik. Pada tahun 1974, status Kabupaten Surabaya dihapus dan sebagai penggantinya adalah Kabupaten Gresik, dengan bupati pertama H. Soeflan. Kawasan permukiman pun semakin melebar, dan bahkan pusat pemerintahan dipindahkan ke Kawasan Bunder.
Kuliner Gresik
Oh iya, ada satu hal yang menarik dari Gresik, yaitu tentang kuliner. Salah satunya adalah Nasi Krawu. Nasi krawu merupakan makanan khas dari daerah Gresik. Nasi Krawu berisi nasi putih pulen dan disajikan dengan daun pisang. Lauknya dapat berupa sayatan daging sapi, semur daging, jeroan sapi, sambal terasi dan serundeng. Sangat autentik cita rasa Indonesia yang penuh rempah.
Wahh iki ratjun... Wes suwe ngincer Gresik buat muter golek bangunan tua, jebule uapikkk tenan. Btw Rumah Gajah-nya sekarang masih milik pribadi atau jadi bangunan apa?
ReplyDelete