Selamat pagi Gresik... Pagi yang cerah di Gresik...
Tamasya kali ini saya tidak sendirian, namun dengan kawan-kawan Temu Pusaka 2012 yang sedang diadakan di Surabaya sebagai tuan rumah. Ya, memang sudah lama, namun tak jadi soal karena tamasya tak hanya dikenang namun dirasakan kedekatan antara subyek dan obyek. Hhhmmm, Temu Pusaka kali ini dihadiri oleh puluhan komunitas yang ada di Indonesia, salah satunya dari KOTA TOEA MAGELANG dimana saya mewakilinya bersama mas Bagus Priyana.
Sekitar pukul 08.30 saya tiba di Rumah Dinas Bupati Gresik. Kami beserta rombongan disambut oleh Bupati Gresik dan tokoh Masyarakat Gresik beserta komunitas yang berkaitan dengan pelestarian Cagar Budaya Gresik. Seremonial standar khas Indonesia dilakukan: daftar ulang, upacara pembukaan, ramah tamah dengan pejabat setempat, penutupan, lalu ini yang ditunggu-tunggu... bertamasya jalan-jalan kampung Gresik... Asyik !!!
Karakter cuaca Gresik lebih cenderung panas, karena memang dataran rendah. Cuaca yang panas tak menghalangi kami melanjutkan kegiatan kali ini. Destinasi pertama kami adalah mengunjungi gedung DPRD Kabupaten Gresik. Ini kali pertama saya memasuki ruangan kerja anggota DPRD, wakil rakyat. Sungguh nyaman, menggunakan bekas bangunan khas Kolonial yang cenderung mencolok dari bangunan lainnya. Seperti biasa, banunan Kolonial memiliki karakteristik sejuk, karena bentuk yang tinggi dan besar. Terdapat beberapa ornamen yang dipajang menyesuaikan dengan karakter bangunan.
Kawasan Gresik ini tergolong kawasan cagar budaya. Kentalnya suasana sosial masyarakat dan suasana asrinya bangunan lawas membuat takjub ketika kami mengamati detailnya kawasan lingkar Gresik. Tak banyak kawasan seperti ini, dikala kawasan kolonial Belanda, Arab dan Tionghoa terdapat dalam satu kawasan yang strategis. Kesan pertama yang saya tangkap adalah begitu kuat rasa toleransi antar masyarakat. Sepanjang perjalanan begitu banyak ditemui ketika menengok kiri dan kanan selalu merasakan seperti di "dunia masa lalu".
Dengan diiringi oleh komunitas tuan rumah: "Gresik Heritage Trails", pertama kami memasuki daerah kawasan H.O.S Cokroaminoto. Di sana kami disambut meriah oleh warga sekitar. Masyarakat sekitar menjajakan hasil makanan yang sangat khas dari daerah tersebut dalam konteks "Pasar Djajan Mbiyen", dan ada pula "Pasar Cinderamata". Oh iya, daerah ini memiliki rumah yang sangat terkenal, biasanya warga sekitar menyebutya dengan rumah gajah. Rumah gajah disebutkan karena memiliki patung gajah yang besar di depan rumah. Rumah ini sangat terkenal karena mudah dijumpai. Dengan bentuk yang besar dan memiliki kamar dengan jumlah yang banyak (sepertinya lebih dari 10). Rumah turun temurun ini masih dalam kondisi yang sangat baik, tanpa ada perubahan yang signifikan. Ketika itu, rumah ini terkenal dengan rumah saudagar kaya. Gedung Gajah mungkur berletak di jalan Nyai Ageng Arem arem. Rumah ini
dulunya merupakan salah satu istana dari keturunan bapak H Umar Kemasan. Posisi gajah yang sekarang sudah dipindahkan dari posisi semula.
Rumah Gajah Source: KITLV (klik) |
Selain kampung Arab, tak jauh dari situ ada pula kampung "Kemasan". Di sinilah banyak terdapat bangunan heritage Tionghoa. Mengapa daerah inidisebut kampung Kemasan, karena pada masa lalu daerah tersebut banyak pengrajin emas. Saking banyaknya, sehingga disebut "Kemasan". Mungkin di daerah lain ada nama wilayah dengan sebutan Kemasan, apabila digali sebuah cerita memiliki alasan yang sama. Pengalaman yang sangat mengesankan berkunjung ke Gresik.
Satu kata buat Gresik: Asyik ... !!!
GRESIK
Menurut catatan dari Tiongkok, Gresik didirikan di abad ke-14 oleh seorang Tionghoa. Sejak abad ke-11, Gresik menjadi pusat perdagangan dan kota bandar yang dikunjungi oleh banyak bangsa seperti, Cina, Arab, Champa, dan Gujarat. Gresik juga sebagai pintu masuk Islam pertama di Jawa, yang antara lain ditandai dengan adanya makam-makam Islam kuno dari Syekh Maulana Malik Ibrahim dan Fatimah binti Maimun. Gresik sudah menjadi salah satu pelabuhan utama dan kota dagang yang cukup penting sejak abad ke-14, serta menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Maluku menuju Sumatera dan daratan Asia (termasuk India dan Persia). Hal ini berlanjut hingga era VOC.
Tahun 1411 penguasa Gresik, seorang kelahiran Guangzhou, mengirim utusan ke kaisar Tiongkok. Di abad ke-15, Gresik menjadi pelabuhan dagang internasional yang besar. Dalam Suma Oriental-nya, Tomé Pires menyebutnya sebagai "permata pulau Jawa di antara pelabuhan dagang".
Pada era VOC, Afdeeling Gresik terdiri dari Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Sedayu. Kota Gresik sendiri berada pada jalur utama jalan pos Daendels. Perkembangan Surabaya yang cukup pesat memaksa dihapuskannya Kabupaten Gresik dan bergabung dengan Kabupaten Surabaya pada tahun 1934.
Pada awal Kemerdekaan Indonesia, Gresik hanyalah sebuah kawedanan di bawah Kabupaten Surabaya. Didirikannya Pabrik Semen Gresik pada tahun 1953 merupakan titik awal industrialisasi di Gresik. Pada tahun 1974, status Kabupaten Surabaya dihapus dan sebagai penggantinya adalah Kabupaten Gresik, dengan bupati pertama H. Soeflan. Kawasan permukiman pun semakin melebar, dan bahkan pusat pemerintahan dipindahkan ke Kawasan Bunder.
Kuliner Gresik
Oh iya, ada satu hal yang menarik dari Gresik, yaitu tentang kuliner. Salah satunya adalah Nasi Krawu. Nasi krawu merupakan makanan khas dari daerah Gresik. Nasi Krawu berisi nasi putih pulen dan disajikan dengan daun pisang. Lauknya dapat berupa sayatan daging sapi, semur daging, jeroan sapi, sambal terasi dan serundeng. Sangat autentik cita rasa Indonesia yang penuh rempah.
Wahh iki ratjun... Wes suwe ngincer Gresik buat muter golek bangunan tua, jebule uapikkk tenan. Btw Rumah Gajah-nya sekarang masih milik pribadi atau jadi bangunan apa?
ReplyDelete