Tulisan kali ini akan mengulas tentang seni. Setelah tulisan tentang seni yang lalu ada di Magelang, kali ini akan tamasya ke kota tetangga, Gresik. Tetangga jauh sih, Jawa Timur... hehe...
Seni itu sangat fleksibel, ada tradisional dan modern. Esensi dari seni itu apresiasi karya dan juga penghargaan intelektual otak kanan manusia. Fungsi otak kanan lebih ke arah perkembangan (EQ). Contohnya dapat dilihat dari cara orang tersebut bersosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis, dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya. Orang yang terlihat otak kanannya cenderung lebih produktif adalah orang-orang yang bergelut di bidang seni.
Salah satu seniman Gresik yang terlupakan adalah Amang Genggong. Tak banyak orang mengenal sosok Amang Genggong. Dialah seniman yang cukup disegani, logat medok ng-Gresik, setiap malam suka keluyuran dengan sepeda onthel keliling kota Gresik. Seniman ini merupakan seniman musik, dengan alat musik yang kurang populer di Indonesia: Harmonika. Tak seperti umumnya orang memainkan alat musik harmonika, Cak Amang membunyikan
harmonika tanpa memegang harmonikanya, dengan menghasilkan tiga suara sekaligus, bahkan bisa memeragakan gerakan
pencak silat. Sebagai seniman maestro yang sangat unik, Amang Genggong merupakan salah satu pusaka Gresik di bidang seni musik.
Amang Genggong
Dengan nama asli Abdurrachman Chadry (74), beliau merupakan seorang guru les bahas Inggris. Pendidikan formalnya hanya sampai SMEA, itupun tidak tamat, namun
semangatnya untuk menimba ilmu begitu menggebu. Karenanya pada tahun
1958 –1959 dia belajar bahasa Inggris dengan bimbingan Buth Peters,
ekspatriat asal Amerika Serikat. Dengan modal kemampuan tersebut dia
memberanikan diri mengajar private. Dengan menggunakan sepeda dia
menghabiskan hari-hari panjangnya untuk mengunjungi rumah demi rumah
siswanya di kampung seputar Gresik. Sangat rendah hati mengingat beliau seorang maestro Harmonika kelas dunia.
Prestasi sangat membanggakan di bidang seni musik harmonika dimulai saat dua kali meraih nilai teratas dalam lomba harmonika yang
diselenggarakan Radio Suzana Surabaya pada tahun 1987 dan 1997. Atas
kemahirannya tersebut, Abdurrachman Chadry akrab disapa dengan nama panggung Amang Genggong. Ketrampilan spesial ketika memainkan alat musik harmonika, Amang Genggong bisa membunyikan tiha suara sekaligus, yakni melodi, rithem dan bass saat menyajikan lagu andalan ketika pentas yaitu:
Ampar Ampar Pisangg, Rujak Ulek, Mother Ho Are You To Day dan lain-lain.
Ketrampilan khusus tersebut tidak bisa dilakukan secara instant. Amang Genggong membutuhkan waktu belajar selama lima tahun. Untuk belajar suara
satu guna menyajikan lagu-lagu membutuhkan waktu setahun. Sedangkan
rithem dan bas masing-masing ditempuh dua tahun. Tidak mudah memainkan alat harmonika karena setiap harmonika memiliki karakter yang berbeda. Alasan Amang Genggong memilih harmonika daripada alat musik yang lain adalah karena mudah membawanya dan juga harganya lebih murah dibandingkan alat musik yang lain. Harmonika yang sering dia bawa untuk pentas di Gresik adalah Suzuki Manji. Dia mempunyai impian memiliki harmonika bermerek Hohner dengan tipe 24 lubang.
Ketrampilan bermain harmonica dipelajari secara otodidak sejak Januari
1954, setahun kemudian dia memimpin orkes kanak-kanak ‘Seruni’ hingga
tahun 1959. Menginjak dewasa dia bergabung dengan orkes gambus peniup
harmonika dan vokalis yang mendendangkan lagu Melayu, India, Arab serta
Indonesia. Bersama harmonika kesayangannya dia pernah mempopulerkan nama Gresik di
hadapan masyarakat musik di Jakarta dengan tampil di Warung Apresiasi
dan Taman Ismail Marzuki dengan menyajikan tembang-tembang surau sebagai
cermin khas budaya Gresik.
Tidak hanya domestik, seorang Amang Genggong sudah bertaraf Internasional. Dalam situs GUINNESS WORLD RECORD CHALLENGERS (klik) , Amang Genggong dinobatkan sebagai "The Most Unique Harmonica Player" (pemain harmonika paling unik dari Indonesia). Selain itu, Amang Genggong juga pernah bermain bersama seniman harmonika bertaraf internasional, maestro asal Hongkong: Mr Chow
Angkat topi buat Abdurrachman Chadry a.k.a Amang Genggong. Apresiasi tertinggi buat seniman maestro harmonika yang selalu rendah hati dengan kedaerahannya. Seniman adalah Heritage yang tak akan lekang dimakan jaman, namun terus dikenang. Tidak akan hancur seperti heritage berbentuk bangunan fisik, namun akan terus kuat karena kearifan perasaan manusia secara personal dan bersosial.
Karya Amang Genggong
Beberapa kali Amang Genggong pentas di acara formal dan non formal. Kemudian ia mengabadikan ke dalam sebuah video. Kumpulan video ini diabadikan ke dalam sebuah DVD. Apresiasi bukan sematan pada skill individu Amang Genggong, namun eksitensi seniman lokal yang mampu mengharumkan nama Indonesia dan dunia
HARMONIKA
Harmonika adalah salah satu alat musik tiup. Cara memainkan alat musik ini adalah dengan meniup dan menghisap lubang untuk menghasilkan suara. Harmonika berasal dari alat musik tradisional Cina yang bernama 'Sheng'. Alat musik tradisional tersebut telah digunakan sekitar 5000 tahun yang lalu, tepatnya sejak kekaisaran Nyu-kwa.
Harmonika modern ditemukan pada tahun 1821 oleh Christian Friedrich Buschmann di Jerman. Sebuah instrumen musik tiup sederhana yang terdiri dari plat-plat getar dari logam yang disusun secara horizontal dengan model yang sederhana dan hanya menyediakan nada tiup kromatis.
Model awal dari Buschmann akhirnya banyak ditiru dan disempurnakan menjadi lebih baik. Salah satu contohnya adalah harmonika buatan Richter yang merupakan desain awal dari sebuah harmonika modern. Pada tahun 1826 ia mengembangkan variasi harmonika dengan 10 lubang tetap dan 20 pelat getar dengan pemisahan fungsi pelat yang ditiup dan yang dihisap. Pada akhirnya, nada yang dibuat oleh Richter disebut sebagai nada diatonis dan merupakan nada standard harmonika.
Bisnis instrumen Harmonika dimulai pada tahun 1857 saat pengrajin jam Jerman bernama Matthias Hohner memutuskan untuk menjadi produsen harmonika. Dengan bantuan dari keluarganya, ia dapat memproduksi 650 harmonika tahun itu. Hohner memperkenalkan harmonika ke Amerika Utara pada 1862 sebuah langkah yang membawa pabrikan Hohner menjadi produsen nomor satu untuk harmonika. Pada 1887 Hohner telah memproduksi lebih dari 1 juta harmonika per tahunnya. Sekarang, Hohner telah memproduksi lebih dari 90 model harmonika yang berbeda jenis, nada, dan model. Yang memungkinkan untuk memainkan berbagai macam gaya musik mulai dari pop, blues, rock, country, ska dan bermacam-macam lainnya.
Model awal dari Buschmann akhirnya banyak ditiru dan disempurnakan menjadi lebih baik. Salah satu contohnya adalah harmonika buatan Richter yang merupakan desain awal dari sebuah harmonika modern. Pada tahun 1826 ia mengembangkan variasi harmonika dengan 10 lubang tetap dan 20 pelat getar dengan pemisahan fungsi pelat yang ditiup dan yang dihisap. Pada akhirnya, nada yang dibuat oleh Richter disebut sebagai nada diatonis dan merupakan nada standard harmonika.
Bisnis instrumen Harmonika dimulai pada tahun 1857 saat pengrajin jam Jerman bernama Matthias Hohner memutuskan untuk menjadi produsen harmonika. Dengan bantuan dari keluarganya, ia dapat memproduksi 650 harmonika tahun itu. Hohner memperkenalkan harmonika ke Amerika Utara pada 1862 sebuah langkah yang membawa pabrikan Hohner menjadi produsen nomor satu untuk harmonika. Pada 1887 Hohner telah memproduksi lebih dari 1 juta harmonika per tahunnya. Sekarang, Hohner telah memproduksi lebih dari 90 model harmonika yang berbeda jenis, nada, dan model. Yang memungkinkan untuk memainkan berbagai macam gaya musik mulai dari pop, blues, rock, country, ska dan bermacam-macam lainnya.