Halo para generasi membaca, kali ini saya menuliskan tentang flora nih. Ingat gak era #70an, #80an dan #90an terkenal majalah Trubus? Kadang sering menjadi candaan anak-anak di era tersebut dengan menyebutkan: "kamu adalah artis, artis majalah Trubus." Hahahaha.... begitu kocak ketika sedikit mengingat ejekan dan candaan seperti itu selain ejekan memanggil teman dengan nama orang tua.... haha :D
Source |
Unik sekali kalau berceritera kembali soal pengalaman masa lampau yang pernah dialami dengan memanjat pohon asem landa ini. Tak sedikit yang dimarahi orang tuanya ketika memanjat pohon ini. Sekarang baru sadar, sebenarnya bukannya tidak boleh, tapi karena tingginya pohon yang dipanjat. Ada pula pengalaman lain, saking banyaknya mengambil buah asem dengan tongkat yang panjang, anak-anak saling berebut asem landa (permen jawa) sampai jatuh berguling-guling. Ada pula asem yang dijadikan bahan candaan yang dilagukan: "asem kecut gulo legi, prawan ngentut aku wedi" yang artinya (asem masam gula manis, perawan kentut aku takut).... haha.... sungguh pengalaman unik yang tak terlupakan.
ASEM LANDA
Orang
menyebutnya asem landa (baca: londo) - (Belanda). Entah mengapa dinamakan asem landa, mungkin
buah ini berbeda dengan kawannya asem jawa yang wujudnya cokelat dan
rasanya masam. Mungkin menjadi satu alasan mengapa buah yang kulitnya
hijau, buahnya berwarna putih dan rasanya manis ini dinamakan asem
landa.
Pohon dengan nama ilmiah Pithecellobium Dulce ini merupakan jenis pohon besar. Pohon besar ini bagus digunakan sebagai pelengkap sistem tata kota. Selain sebagai peneduh, pohon asli Meksiko ini memiliki akar yang kuat menghujam ke bawah bersifat vertikal (tidak menyebar) menjadikan tanah/jalan tidak rusak. Pertanyaannya sekarang: kenapa pohon asem ini bisa sampai Indonesia...???
Pohon dengan nama ilmiah Pithecellobium Dulce ini merupakan jenis pohon besar. Pohon besar ini bagus digunakan sebagai pelengkap sistem tata kota. Selain sebagai peneduh, pohon asli Meksiko ini memiliki akar yang kuat menghujam ke bawah bersifat vertikal (tidak menyebar) menjadikan tanah/jalan tidak rusak. Pertanyaannya sekarang: kenapa pohon asem ini bisa sampai Indonesia...???
Sedikit ilustrasi jawabannya sih seperti ini: Kebiasaan orang bule Belanda jaman dulu itu koleksi benih, biji, dan lain-lain untuk diperjualbelikan/ditukar...
Mungkin pohon peneduh yang efektif efisien saat itu memang pohon asem selain beringin... mengingat tidak merusak jalanan utama juga,
karena akar pohon asem ini sifatnya vertikal. Di kota Magelang, pohon ini sudah jarang dan paling mudah masih bisa dijumpai di Jl.
Yos Sudarso, barat gereja Katolik St. Ignatius Magelang.
Sebutan Lain Asem Landa (Pithecellobium Dulce):
- Asem Cina,
- Asem Kranji,
- Asem Buto,
- Baobab.
No comments:
Post a Comment