Sedikit mencermati dari kutipan Soe Hok Gie: "Kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme
tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya
dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan
mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal
Indonesia bersama rakyatnya dari dekat."
Kutipan tersebut bermakna secara luas, melainkan tidak bisa dimaknai secara harafiah saja. Jaman sekarang banyak orang berbondong-bondong bertamasya. Alih-alih dari acara TV swasta, tramasya dipandang dari sudut bisnis dan "selfie" saja. Ya, tak ada salahnya juga TV swasta mengejar rating dan profit. Yang menjadi masalah adalah ketika calon pelancong menjadi naif bahwa yang dimaksud bertamasya adalah melancong menaklukkan tempat yang jauh. Bagi ogut pribadi, bukan soal materi ataupun prestasi untuk melakukan tamasya. Namun soal bagaimana kita peka terhadap lingkungan sekitar. Sebagai ilustrasi: apakah kita sudah mengenal daerah lingkup 100m - 1km , desa, kota ataupun tempat tinggal kita??
Mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat, tidak serta merta menaklukkan destinasi Indonesia, namun kedekatan kita terhadap lingkungan sekitar. Nah, dengan sedikit latar belakang tersebut, dengan tulisan ini ogut ingin mengajak kamu bertamasya sekitaran Grabag yang sangat memesona. Berjarak kurang lebih 20km dari pusat kota Magelang, Grabag merupakan
distrik Kabupaten Magelang yang sangat berpotensi. Tengok saja, semua
potensi selalu ada di kawasan Grabag. Mulai dari destinasi wisata,
kuliner, religi dan sosial masyarakatnya.
Yuk cekidot !!
Yuk cekidot !!
Di penghujung musim panas Oktober 2015, kami melakukan tamasya lingkar Magelang, Grabag. Pesona Grabag yang asri memang sudah tersohor sejak era penjajahan kolonial Belanda. Tengok saja Candi Umbul, sengaja dibangun stasiun kereta api di tepi Candi Umbul Grabag hanya untuk destinasi wisata para kaum borjuis Belanda saja saat itu. Ya, bisa dibayangkan bahwa Grabag memiliki pesona luar biasa yang bisa digali lebih dalam lagi. Untuk kali ini kami memiliki rencana optional untuk menjelajah tamasya di Grabag. Ada beberapa lokasi tamasya yang menjadi andalan warga Grabag.
1. PEMANDANGAN ALAM - Desa Dalangan
SOURCE: Klik |
Akses menuju puncak bukit ini sangat mudah ditempuh dengan kendaraan. Di pintu gerbang, bahwa pengendara sepeda motor ditetapkan tarif Rp 5.000,- dan pengendara mobil ditetapkan tarif Rp 10.000,-.
Oh iya ada satu hal yang menarik, terdapat batuan (vulkanik) alami berbentuk air terjun. Katika itu sedang puncak musim panas, sehingga air tidak mengalir. Kami pun tidak melewatkan begitu saja, bisa naik hingga cukup tinggi.
Oh iya ada satu hal yang menarik, terdapat batuan (vulkanik) alami berbentuk air terjun. Katika itu sedang puncak musim panas, sehingga air tidak mengalir. Kami pun tidak melewatkan begitu saja, bisa naik hingga cukup tinggi.
2. AIR TERJUN SUMURAN - Seloprojo
Sekitar 2km dari pemandangan alam Desa Dalangan, terdapat air terjun yang bernama Air Terjun Sumuran di desa Seloprojo. Cukup mudah mencari air tejun tersebut karena papan penunjuk arah sangat mudah ditemui. Gapura ucapan selamat datang terpapar menjelang lokasi air terjun yang sudah terlihat dari kejauhan. Kali ini, dari gapura yang hanya bisa masuk adalah pengendara sepeda motor. Apabila mengedarai mobil, bisa diparkirkan di depan gapura tersebut.
cukup lapang digunakan aktivitas |
Snack mudah didapatkan, karena banyak penjaja makanan ringan bakso. Jangan kawatir, tempat sampah banyak disediakan di lokasi ini.
3. AIR TERJUN SEKAR LANGIT
Hari semakin sore, masih ada destinasi tamasya yang sudah menunggu, yaitu air terjun Sekar Langit. Lokasi air terjun berada di desa Tlogorejo, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang. Tak diragukan lagi bahwa wahana air tersun ini sudah tersohor sejak dipublikasikan secara visual di jaman kolonial Belanda di tahun 1892. Menilik rekam jejak foto koleksi kolonial Belanda di KITLV, ternyata air terjun Sekar Langit sudah terdata sebagai salah satu destinasi tamasya untuk sinyo - noni dan meneer - mevrouw Belanda.
Hari semakin sore, masih ada destinasi tamasya yang sudah menunggu, yaitu air terjun Sekar Langit. Lokasi air terjun berada di desa Tlogorejo, kecamatan Grabag, kabupaten Magelang. Tak diragukan lagi bahwa wahana air tersun ini sudah tersohor sejak dipublikasikan secara visual di jaman kolonial Belanda di tahun 1892. Menilik rekam jejak foto koleksi kolonial Belanda di KITLV, ternyata air terjun Sekar Langit sudah terdata sebagai salah satu destinasi tamasya untuk sinyo - noni dan meneer - mevrouw Belanda.
SOURCE Foto Kiri: Klik |
Oh iya, ada hal yang sangat menggelitik di kawasan air terjun Sekar Langit. Tulisan pada papan peraturan yang dipaparkan terasa janggal. Berikut:
4. Warung Makan Mbah SBY (Mbah Salbiyah)
Setelah bertamasya di Grabag, jangan melupakan unsur kuliner. Salah satu kuliner yang yang tak jauh dari Grabag, yang terkenal dari Pucang - Kecamatan Secang adalah masakan berbahan dasar enthog. Hewan enthog sangat familier bagi warga sekitar, dan biasanya olahan masakan dikreasikan sebagai rica-rica ataupun enthog goreng. Selain itu, pendamping masakan tersebut adalah sambal lombok ijo yang terkenal super pedas.
Salah satu tempat kuliner enthog yang cukup fenomenal adalah Warung Makan Mbah SBY (Mbah SalBiYah). Warung tersebut berletak di belakang pasar Pucang - Kecamatan Secang. Konon Warung makan Mbah SBY sudah ada sejak tahun 1933. Cukup hebat bisa mempertahankan kuliner tradisional di era modern ini. Tak sedikit pula pejabat pemerintahan yang ketagihan mengunjungi Warung Makan Mbah SBY untuk menikmati resep masakan turun temurun ini.
Ada satu pemandangan bernilai tambah sebagai bonus jika makan di Warung Mbah SBY. Adalah berupa patung Ganesha di depan warung tersebut. Konon kawasan Pucang dan sekitarnya merupakan peradaban Hindu yang cukup besar di masa lalu, sehingga acap kali warga menemukan peninggalan era Hindu berupa batuan / patung. Namun penuturan warga sekitar menyayangkan peran pemerintah yang kurang peduli terhadap peninggalan sejarah yang ditemukan.
Ya, tidak cukup waktu dalam satu hari untuk menggali "kedalaman" Pesona Grabag. Namun setidaknya tulisan ini memberikan informasi penting akan Pesona Grabag yang penuh kejutan dari sisi kuliner, sosial-budaya, religi dan heritage. Merajuk kembali ke kutipan Soe Hok Gie di atas, mari peka pada lingkungan sekitar... salam lestari... :)
Ya, tidak cukup waktu dalam satu hari untuk menggali "kedalaman" Pesona Grabag. Namun setidaknya tulisan ini memberikan informasi penting akan Pesona Grabag yang penuh kejutan dari sisi kuliner, sosial-budaya, religi dan heritage. Merajuk kembali ke kutipan Soe Hok Gie di atas, mari peka pada lingkungan sekitar... salam lestari... :)